MAJALAH ICT – Jakarta. Indosat kini telah resmi berganti nama menjadi Indosat Ooredoo. Pesta pergantian namapun telah dilakukan semalam yang menandakan kelahiran baru perusahaan yang mayoritas dimiliki Oooredoo atau dulu Qatar Telecom, dan juga saham pemerintah RI. Namun ternyata, meski anak usaha, penggunaan nama Ooredoo tidaklah gratis.
Indosat Ooredoo diwajibkan membayar royalti sebesar Rp.1,55 triliun untuk tahun fiskal 2015-2020. Royalti ini kalau dihitung sebesar 1,3 persen dari total pendapatannya. Pembyaran royalti dilakukan per tahun setelah laporan audit Indosat Ooredoo selesai, dan pembayaran dilakukan perusahaan jika persero mampu membukukan pendapatan positif, termasuk dengan pembayaran royalti.
Dengan royalti ini, maka Indosat ooredoo bisa menggunakan hal ekslusif untuk memanfaatkan aset sponsor, media pemasaran, termasuk hak cipta yang dimiliki Oooredoo. Dengan begitu dianggap bahwa hal ini akan memperkuat brand Indosat, meski masih perlu dilihat apakah Indosat akan mampu memanfaatkan ‘nama besar’ Ooredoo.
Sebagaimana diketahui, Indosat Ooredoo membukukan kerugian pada Q3 2015 sebesar Rp1,12 triliun. Indosat Ooredoo masih merugi, hal ini disebabkan Kerugian kurs Perseroan pada Q3 2015 sebesar Rp2,32 triliun, sedangkan pada Q3 2014 hanya mengalami kerugian sebesar Rp.146,68 miliar, dan Beban Jasa Telekomunikasi Perseroan meningkat dari Rp.7,53 triliun menjadi Rp.6,25 triliun, dan beban Penyusutan mengalami kenaikan dari Rp.5,99 triliun menjadi Rp.6,25 triliun, serta Beban usaha naik dari Rp.1,97 triliun menjadi Rp2,83 triliun, sedangkan Pendapatan lain menurun dari Rp.963,86 miliar menjadi Rp10,12 miliar. Untuk Beban Keuangan Perseroan mencapai Rp2,21 triliun pada Q3 2015, naik dari Rp1,82 triliun pada Q3 2014.
Meskipun mengalami kerugian pada Q3 2015, pendapatan perseroan tetap mengalami pertumbuhan sebesar 10,50% menjadi Rp.19,58 triliun dari Pendapatan pada periode yang sama tahun lalu yaitu Rp17,72 triliun. Pendapatan Indosat Oredoo pada Q3-2015 terdiri dari Seluar sebesar Rp.15,99 triliun, Multimedia, Data dan Internat (MIDI) sebesar Rp.2,76 triliun dan telekomunikasi tetap sebesar Rp.0,83 triliun.