MAJALAH ICT – Jakarta. Sebagai dampak dari aksi Australia memata-matai dan menyadap Indonesia, sementara di sisi lain pemerintah terlihat lemah dan berdaya menghadapi isu ini, para peretas Indonesia merasa terpanggil untuk ikut bela negara dari aksi yang tidak dapat diterima dalam hubungan internasional. Bagi para hacker, memata-matai atau menyadap itu sama dengan mencuri.
Karena itu, hacker Indonesia menyatakan tekadnya untuk terus menggempur situs-situs pemerintah Australia. Sampai Australia meminta maaf pada Indonesia. Namun, permintaan maaf tidak kunjung terucap. Alhasil, para peretas bersatu, yang di dunia nyata tentara kita tidak punya alutsista memadai, namun di dunia maya Indonesia tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Para hacker yakin bahwa banyak pasukan DDOS yang siap membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Karena penyadapan itu ibarat mencuri," tegas penggiat komunitas hacker MIrza_stw.
Soal kemungkinan akan terjadinya cyber war atau perang cyber antara pihak hacker Indonesia dan hacker Australia, dikatanya bahwa mereka siap menghadapi kemungkinan tersebut. "Kalau cyber war siap karna kami pemuda pemudi INDONESIA tidak takut kpd siapapun kecuali kpd pencipta," yakinnya. Namun begitu, hingga saat ini, katanya, belum ada tanda-tanda peretas Australia akan melakukan serangan balik ke Indonesia.
Dan Hari Pahlawan 10 Nopember ini tentunya mengobarkan semangat para hacker. seperti ditulis oleh Komandan penyerangan ./xCrotz, "Jadikan Hari Pahlawan sebagai bukti kita sebagai anak2 Bangsa Punya Cara untuk Membela NKRI !!," tulisnya mengobarkan semangat.
HAl serupa dinyakan juga oleh Om-Jin. "#kita bukan mencari tenar , atau perhatian. #Satu niat . Satu tujuan …
#Satu komando .. Serta Satu Semangat Demi NKRI….," tulisnya dalam media sosial yang Majalah ICT pantau.