Search
Minggu 15 Desember 2024
  • :
  • :

Pasar Retail Kian Membutuhkan Kekuatan Big Data untuk Dorong Bisnis

MAJALAH ICT – Jakarta. Teradata sebagai perusahaan yang mengembangkan big data analytic, melihat bahwa pasar retail dapat mendorong nilai bisnis dalam rantai suplai, analisis harga,dan pada saat yang bersamaan dapat menciptakan loyalitas pelanggan. Untuk itu pasar ritel harus secara efektif memanfaatkan kekuatan Big Data Analytics jika mereka ingin meningkatkan penjualan dan keuntungan.

Disampaikan Erwin Z. Achir, President Director Teradata Indonesia, perusahaan-perusahaan perlu mengadopsi program pemasaran berbasis pelanggan dan loyalitas agar dapat tetap kompetitif. Katanya, al ini berlaku terutama untuk ritel yang berkembang dari offline ke online dan sebaliknya. Bagi mereka, memiliki pandangan bisnis 360 derajat akan membantu eksekutif untuk memahami bidang yang sedang berkembang dan mengoptimalkan biaya dalam bisnis sehari-hari.

Apalagi, tambahnya, sesuai dengan Global Retail Development Index (GRDI) tahun 2015, Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar telah mencapai peringkat GRDI tertinggi. Total penjualan dalam pasar ritel di Indonesia tumbuh sebesar 14,5 persenterutama pada bisnis rItel kelas menengah. Menurut pasar ritel GRDI di Indonesia, saat ini sudah mencapai nilai US $ 326 Miliar. "Pasar ritel harus secara efektif memanfaatkan kekuatan Big Data Analytics jika mereka ingin meningkatkan penjualan dan keuntungan," ujarnya.

Penggunaan data yang dapat membantu bisnis ritel seperti yang terjadi pada salah satu merek convenience store yang mendapatkan data bahwa pembelian produk popok bayi dan minuman kaleng sering terjadi secara bersamaan dan lebih sering dibeli oleh laki-laki. "Melalui data ini convenience store tersebut dapat memindahkan lorong belanja popok bayi dekat dengan lorong belanja minuman kaleng sehingga memudahkan konsumen untuk mendapatkan keduanya. Selain itu,convenience store ini dapat melakukan promosi yang lebih tepat dari hasil yang didapatkan dari keluaran analisis data tersebut," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO), Roy Mandey, mengatakan bahwa pengusaha ritel dapat mengumpulkan sejumlah besar data dari sistem operasional mereka dan menemukan nilai manfaatdari data yang tersimpan. "Analisis data yang besar akan membantu pengusaha ritel untuk mendapatkan wawasan yang benar di beberapa channel,seperti sosial media, data unggahan, video pada kanal youtube, dan data email untuk dapat memperluas bisnis mereka," jelasnya.

Saat ini, tujuh dari sepuluh ritel global, dan 14 dari 20 ritel di Amerika Serikat menggunakan Teradata untuk memperkuat strategi bisnis berbasis data, termasuk hard-line, grosir, spesialis, dan ritel fashion. "Mereka menyampaikan bahwa Teradata sangat membantu mereka untuk mendapatkan pelanggan dan wawasan bisnis, mendukung kinerja, dan pertumbuhan yang pesat di seluruh toko, mobile, dan saluran e-commerce. Pelanggan Teradata adalah toko-toko yang memiliki jaringan luas di seluruh dunia dansektor ritel online, seperti Walmart, 7-Eleven, eBay, Rakuten (Jepang), American Eagle Outfitters, Hallmark, dan ratusan lainnya," tambah Erwin.

Sejalan dengan perkembangan Big Data Analytics untuk dunia ritel, keberadaan para ahli, atau dalam ranah ini disebut sebagai Data Scientist, untuk melakukan analisis terhadap data-data yang ada juga harus dikembangkan. Sebagai inisiatif Teradata terhadap pengembangan talenta Data Scientist di Indonesia dan bagian dari edukasi terhadap pasar Indonesia, Teradata menginisiasi sebuah komunitas yang bernama Data Science Indonesia.

Data Science Indonesia pada awalnya didirikan oleh beberapa karyawan Teradata Indonesia sekitar lima bulan yang lalu, namun karena sifatnya terbuka untuk semua kalangan yang tertarik mempelajari big data dan data science, saat ini telah bergabung lebih dari 100 profesional dari berbagai perusahaan dan institusi di luar Teradata.