MAJALAH ICT – Jakarta. Pemerintah bersama opeator sedang mematangkan perhitungan biaya interkoneksi. Angka interkoneksi akan memiliki hubungan sangat dekat dengan tarif telekomunikasi, khususnya untuk suara dan teks atau SMS. Disebutkan bahwa tarif interkoneksi akan turun hingga mencapai 20 persen.
“Penurunannya di atas 10%, sekitaran 20%. Kita lihat lagi angka pastinya nanti. Penurunan itu harusnya akan berpengaruh ke tarif ritel. Namun, jangan langsung dilihat dampak penurunannya sekarang. Harus melihat kurun waktu yang signifikan,” demikian disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Chief RA menjelaskan bahwa perhitungan ulang tarif interkoneksi telah rampung dan dampaknya dengan pengurangan biaya interkoneksi adalah dengan penurunan tarif ritel serta rasio antara off net dan on net. Menurut Rudiantara yang lama menjadi Direktur di XL Axiata dan Komisaris di Telkom dan Indosat ini, saat ini biaya investasi teknologi bisa lebih murah hingga 50% jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Faktor ini juga yang menjadi salah satu pendorong turunnya tarif interkoneksi.
Ditegaskannya, penurunan ini pun akan berlanjut terhadap penurunan rasio antara tarif off net dan on net. “Rasio antara off net dan on net tidak boleh lebih dari 3. Entah 2,5 atau 3,” yakinnya. Dengan begitu, maka ini juga berdampak pada pengurangan SIMcard yang beredar di masyarakat yang saat ini mayoritas kebiasaan mengganti SIMcard menyesuaikan dengan operator telekomunikasi yang akan dihubungi.
Dari formula pentarifan, dimana biaya interkoneksi merupakan komponen penghitungan tarif, yang bahkan dua kali untuk operator yang menghubungi dan dihubungi, penurunan akan berdampak pada tarif itu sendiri. Diperkirakan, tarif telekomunikasi dengan penurunan interkoneksi hingga 20 persen, akan membuat tarif ritel juga turun hingga 40 persen.