Search
Sabtu 15 Februari 2025
  • :
  • :

Pemerintah Harus Tutup Situs Belanja Online Rakuten

MAJALAH ICT – Jakarta. Pecahnya kongsi situs belanja online Rakuten Indonesia, antara Perusahaan E-commerce raksasa Jepang, Rakuten, dengan PT Global Media (MNC), tentu akan berdampak terhadap pemberian layanan kepada masyarakat yang akan membeli atau berbelanja melalui Rakuten Indonesia ini. Namun sebelum kongsi pecah, layanan Rakuten telah dikomplain begitu banyak orang. Sehingga, pemerintah didesak untuk menutup situs e-commerce ini.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala. Jika sebelumnya Kamilov hanya menghimbau agar masyarakat tidak berbelanja lebih dulu secara online ke Rakuten Indonesia untuk memberikan perlindungan pada masyarakat atau konsumen, namun setelah mendapat informasi bahwa pelayanan Rakuten sangat tidak profesional dengan banyaknya keluhan, maka Kamilov mendesak pemerintah untuk menutup situs belanja online ini.

"Saya baca, banyak pelanggan yang tidak puas. Mereka kirim email ke Rakuten tapi tidak pernah dijawab, kontak customer service berulang-ulang juga tidak menyelesaikan masalah. Ada yang pesan barang melalui Rakuten, ternyata barangnya tidak ada, dan informasi didapat dari penjualnya barang, bukan Rakutennya," ungkap Kamilov.

Ditambahkan Kamilov, sudah banyak yang frustasi terhadap layanan Rakuten. "Karena itu, baiknya pemerintah, apakah itu Kementerian Kominfo maupun Kementerian Perdagangan menutup layanan mereka sementara sampai ada kejelasan dan perbaikan layanan. Tambah lagi dengan perpecahan pemegang saham, nanti dikhawatirkan tidak ada yang bertanggung jawab terhadap pelayanan, proses pengiriman barang dan sebagainya, dimana ujung-ujungnya masyarakat yang telah membayar akan dirugikan," tegas Kamilov.

Kamilov juga menambahkan bahwa agar pihak Rakuten dan MNC terbuka kepada masyarakat mengenai status sebenarnya dan apa yang terjadi di Rakuten Indonesia. "Dengan tidak terbuka, masyarakat menjadi tidak jelas, menduga-duga dan berdampak buruk bagi perkembangan e-commerce ke depan," jelas Kamilov yang mengetahui masalah ini setelah membaca berita-berita di media saja.

Sebagaimana diketahui, Rakuten Indonesia dibentuk oleh PT Rakuten-MNC setelah penandatanganan perjanjian pada tahun 2010 dimana share kepemilikan adalah 51% Rakuten Jepang dan 49% MNC.

Seperti dilansir Nikkei, rumor tentang hubungan yang tidak terlalu harmonis antara Rakuten dan MNC telah menyebar di antara pemain industri sejak tahun lalu. Rakuten Indonesia, sering dijuluki Rakuten Belanja Online memulai operasi mereka akhir 2010 tidak terlalu lama setelah pengumuman joint venture. Setelah meluncurkan situs web mereka untuk Maret publik 2011, Rakuten mulai menerima komentar negatif dari pedagang tapi itu tidak menghentikan mereka dari meluncurkan produk pada Juni 2011.

Dalam perjalanannya, Rakuten Indonesia seperti hidup segan mati tak mau. Bahkan, Rakuten dikalahkan oleh pendatang baru seperti Lazada, Zalora, BliBli.com dan lainnya. Dengan mengakhiri kemitraan usaha dengan MNC, ini kali kedua Rakuten mengakhiri kemitraan usaha patungan setelah pembubaran operasinya Cina. MNC sendiri telah mengumumkan perusahaan patungan baru dengan Tencent perusahaan terbesar China internet awal tahun ini, membawa produk-produk seperti WeChat ke pasar Indonesia.

Kemudian pada akhirnya, Rakuten mengumumkan pemutusan kerja sama dengan MNC. Walaupun belum ada pernyataan resmi, MNC secara samar-samar juga menyatakan kebenaran kabar tersebut, dan menyebutkan akan menjual 49% saham yang dipegangnya kepada Rakuten. Soal bagaimana cerita yang sesungguhnya terjadi, publik masih menantikan informasi resminya.

Pasar Indonesia untuk e-commerce cukup besar dan berpotensi berkembang. Seperti Multiply.com yang juga mengembangkan usaha hingga penjualan tiket pertunjukkan online. Untuk produk-produk baru seperti BlackBerry Z10, layanan e-commerce juga cukup laris menerima pre-order dan pembelian produk besutan baru BlackBerry tersebut.