Search
Kamis 19 September 2024
  • :
  • :

Pemerintah Ragukan Komitmen Indosat Urus Slot Orbit 105,5 BT?

MAJALAH ICT – Jakarta. Indosat telah menyampaikan proposal pemanfaatan slot 105,5 BT berikut rencana peluncuran Satelit Palapa E kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika. Surat disampaikan 20 September lalu dan rencana konkret Indosat tersebut telah diterima pemerintah. Proposal Indosat ini nampaknya tidak akan ditelan mentah-mentah oleh pemerintah. Sebab, slot ini hampir saja hilang di 2007, dan komitmen Indosat untuk menggunakan slot orbit ini sudah lewat dari 6 tahun.

Keragu-raguan pemerintah terhadap Indosat dimulai sejak 2007 lalu. Saat itu, pemerintah meminta Indosat untuk berkomitmen penuh dalam memanfaatkan slot orbit 105,5 derajat BT. Bila tidak, pemerintah bisa saja mengalihkan kepemilikan slot orbit itu kepada operator lain. "Pemerintah membutuhkan komitmen tersebut karena slot orbit merupakan sumber daya yang terbatas dan mahal," kata Ikhsan Baidirus, Direktur Kelembagaan Internasional saat itu. 

Dan Indosat, di tahun itu, kemudian menyatakan dan menegaskan keseriusannya  dalam memanfaatkan slot orbit tersebut. Bahkan, Indosat sudah mengirimkan rencana Indosat tentang slot 105,5 BT dimana isinya adalah komitmen Indosat untuk meluncurkan satelit Palapa E di 2011. Namun, proposal yang dibuat menjawab teguran pemerintah yang mempertanyakan komitmen perseroan, juga akhirnya tidak terwujud hingga 2013 ini. Dan karena umur perpanjangan ke ITU adalah tiap dua tahun, di 2013 ini Indosat menyatakan komitmennya meluncurkan Palapa E.

Menurut Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli, Indosat bukan hanya berupaya untuk mempertahankan slot orbit 105.5 BT tetap menjadi milik Indonesia, namun juga untuk meningkatkan nilai slot orbit tersebut bagi Indonesia. Beberapa langkah konkret yang dilakukan antara lain Indosat telah menandatangani perjanjian awal dengan Orbital Sciences. Perjanjian ini merupakan bagian dari kontrak yang akan ditandatangani dan disaksikan bersama oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.