Search
Rabu 4 Desember 2024
  • :
  • :

Pengembangan Konten Jangan Hanya Lipstick

MAJALAH ICT – Jakarta. Dari survei yang dilakukan Ovum, menunjukkan pendapatan layanan voice tergerus oleh layanan VoIP sebesar USD 52 miliar pada 2016, sedangkan SMS tergerus layanan instant messaging sebesar USD 32,6 miliar pada 2013.

Pada 2016, pendapatan dari IM akan melonjak hingga USD 5 miliar menggerus layanan SMS di seluruh dunia, sehingga secara total, layanan operator akan tergerus layanan berbasis protocol internet sebesar USD 106 miliar dalam 5 tahun.

Di Indonesia, dalam enam bulan terakhir, sejumlah operator dan lembaga lainnya sibuk menggelar sejumlah kompetisi dan program yang intinya merangkul penyedia konten lokal. Umumnya ada iming- iming kontrak kerja, fasilitas inkubator, hingga pemasaran konten secara global.

Dukungan pengembangan konten lokal pada tahun ini, pertama kali diungkapkan Bubu.com lewat ajang IDByte, untuk mencari perusahaan konten dan aplikasi pemula atau start up untuk melangkah ke kelas dunia.

Selanjutnya, ada Indosat Wireless Innovation Contest atau disingkat IWIC, yaitu ajang inovasi aplikasi dan konten yang diselenggarakan Indosat. Tak hanya uang ratusan juta yang siap memenuhi kantong pemenang, juga iming-iming kontrak kerja sama dan pemasaran menanti pemenang IWIC.

Tak ketinggalan, PT Telkom, yang meluncurkan Bandung Digital Valley (BDV) dan Jogja Digital Valley (JDV) sebagai pusat inkubasi bagi pengembang konten lokal dari kalangan mahasiswa maupun remaja pada umumnya.

Telkomsel juga merilis Telkomsel Application Developer dan Digital Creative Indonesia Competition (DCIC) yang dibungkus dalam program yang lebih besar, yaitu Digital Creative Indonesia. Sebelumnya, Telkomsel juga mengundang 68 developer lokal untuk bekerja sama dengan anak usaha Telkom tersebut.

Ajang pengembangan konten lokal memang sangat bagus, apalagi di tengah maraknya konten asing yang cenderung memboroskan bandwidth dan kapasitas jaringan operator telekomunikasi. Apalagi, nilai bisnis konten di Indonesia ternyata sangat besar, sehingga sayang bila terbuang ke luar negeri.

Bila sudah begini, sebaiknya ajang penjaringan konten lokal berkualitas bukan hanya sekadar lipstick dan pencitraan, yaitu gemerlap di awal saja dan surut di tengah jalan. Bila hal itu yang terjadi, maka wajar bila disebut ajang kontes konten tersebut hanya pencitraan saja. (Twitter: @arifpitoyo)

Sebaiknya ajang penjaringan konten lokal berkualitas bukan hanya sekadar lipstick dan pencitraan.

Tulisan ini dan informasi-informasi mengenai perkembangan ICT Indonesia lainnya dapat dibaca di Majalah ICT Edisi No. 18-2013 di sini