MAJALAH ICT – Jakarta. Dalam dunia bisnis sering sekali terjadi pergeseran pasar, dimana suatu produk atau merk yang sudah terkenal dan banyak dipakai, dalam waktu singkat hanya tinggal kenangan saja.
Pergeseran pasar seperti ini juga terjadi pada industri teknologi informasi. Banyak produk TI mengalami pertumbuhan pesat namun dalam waktu sekejap pun menghilang. Hal ini terjadi karena pesatnya perkembangan teknologi sehingga menghasilkan teknologi baru yang mampu menggeser teknologi yang sudah ada sebelumnya.
Banyak kasus pergeseran pasar yang terjadi di industri TI, seperti LOTUS 123 yang sangat terkenal tiba tiba hilang, Merek ponsel Nokia yang cukup terkenal sudah bergeser ke Blackberry, dan saat ini nasib Blackberry pun sudah terancam dengan Samsung atau IPhone.
Pergeseran pasar yang sangat cepat serta cenderung sulit untuk diprediksi dapat menyebabkan suatu produk ditinggalkan oleh konsumennya dan beralih ke produk lain yang dianggap dapat mengakomodasi kebutuhan mereka.
Hal ini merupakan tantangan bagi perusahaan TI, khususnya perusahaan pemula atau start up untuk masuk, bertahan, dan terus berkembang di tengah gejolak persaingan bisnis yang cenderung telah didominasi pemain lama, serta bagaimana cara mereka mengantisipasi pergeseran pasar yang terjadi akibat persaingan bisnis tersebut.
Fenomena diatas dapat dijelaskan dengan menggunakan teorinya Prof. Clayton M. Christensen tentnag Disruptive Innovation. Teori ini menyatakan bahwa sebuah inovasi dapat mendorong serta menciptakan sebuah pasar dan nilai atau standar baru yang mampu menggeser teknologi yang sudah ada sebelumnya. Sehingga perusahaan-perusahaan TI terutama piranti lunak dituntut terus berinovasi demi memberikan efisiensi proses dalam produk yang ditawarkan.