MAJALAH ICT – Jakarta. Produsen Chip Qualcomm sedang melakukan tinjauan strategis menghadapi persaingan dari MediaTek Taiwan dan perusahaan kecil China yang mengkhususkan diri dalam membuat chip untuk ponsel low-end. Dilaporkan, Qualcomm akan melakukan PHK besar-besaran yang akan berdampak pada sekitar 10 persen dari pekerjanya yang berjumlah 30 ribuan. Meskipun, unit kerja sasaran PHK belum dapat teridentifikasi.
Menurut sumber Wall Street Journal (WSJ), perusahaan tersebut akan bergerak lebih pada kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menurunkan biaya bagi negara seperti India. Dilaporkan juga oleh WSJ, Qualcomm telah mempertimbangkan untuk istirahat beberapa tahun.
Jana Partners, sebuah hedge fund New York senilai 11 miliar dolar AS, mengungkapkan bahwa saham lebih dari 2 miliar dolar pada Qualcomm pada bulan April dan ingin perusahaan untuk mempertimbangkan berhenti melihat unit produksi chip produksi dipisahkan dari bisnis paten lisensi nya, dan membawa direktur independen untuk pemotongan biaya. Analis di Arete Research Services percaya bisnis pembuatan chip ini bisa memiliki valuasi pasar sekitar 74 miliar dolar AS dan pembagian hak paten bisa bernilai 87 miliar dolar.
Qualcomm belum mengomentari isu ini meskipun juru bicara Qualcomm pernah menyatakan bahwa adanya penurunan laba hingga 46 persen CEO Q2 Steve Mollenkopf mengatakan perusahaan, tidak senang dengan prospek keuangan dan akan melakukan kajian komprehensif dari struktur biaya.
Isu berhentinya Qualcomm dan rencana PHK besar-besaran, menjadi menarik menyusul upaya Komisi Eropa membuka dua penyelidikan antitrust akibat "perilaku bisnis kasar" oleh Qualcomm. Kasus pertama menyangkut aturan Uni Eropa yang melarang penyalahgunaan posisi dominan dengan menawarkan insentif keuangan untuk pelanggan dengan syarat bahwa mereka membeli baseband chipset eksklusif atau hampir secara eksklusif dari Qualcomm. Yang kedua adalah melihat apakah Qualcomm terlibat dalam "predatory pricing" dengan memberikan harga di bawah biaya pengisian dengan maksud untuk memaksa kompetitor keluar dari pasar.