MAJALAH ICT – Jakarta. Meningkatnya harga barang kebutuhan dasar, seperti belanja rumah tangga dan bahan bakar, makin membebani konsumen di Asia Tenggara. Peningkatan ini menjadi kejutan bagi orang-orang yang sudah mengarungi pandemi selama dua tahun terakhir, banyak di antaranya yang keuangannya terdampak akibat pembatasan.
Walaupun kita harus hidup dengan realita tekanan inflasi, banyak bidang dalam rantai suplai yang perlu dikaji lebih mendalam untuk menemukan solusi yang dapat meringankan suramnya prakiraan ekonomi bagi konsumen, sekaligus mengurangi tekanan yang sudah membebani industri rantai suplai.
Masalah rantai suplai
Rantai suplai mulai melemah selama pandemi melalui perubahan kebutuhan konsumen yang ekstrem, pembatasan terhadap karyawan, pembatasan operasi pengangkutan, dan krisis staf akibat tingkat infeksi. Singapura, misalnya, mengambil langkah untuk memastikan ketahanan pangan dengan diversifikasi rantai suplai melalui pengadopsian strategi “three food baskets” oleh Singapore Food Agency (SFA). Inisiatif pemerintah tersebut tidak mengejutkan mengingat pentingnya pangan, tapi apa yang sebaiknya dilakukan perusahaan yang tidak memenuhi syarat untuk jenis intervensi tersebut?
Kita tentunya masih ingat dengan insiden kekurangan tisu toilet yang melanda konsumen pada 2020. Walaupun akhirnya stok kembali normal, meningkatnya harga pada produk tertentu adalah bukti tantangan yang masih berlanjut pada rantai suplai dan industri logistik.
Terdapat sejumlah penyebab berlanjutnya tantangan-tantangan ini meskipun pembatasan sudah dilonggarkan, termasuk disrupsi rantai suplai terkait pandemi, peningkatan beban tenaga kerja, dan prakiraan kenaikan suku bunga sepanjang tahun. Selain itu, Otoritas Moneter Singapura juga memperingatkan mengenai kenaikan inflasi terhadap rantai suplai global akibat kejutan terkait pandemi dan geopolitik.
Heng Swee Keat, Wakil Perdana Menteri Singapura, telah mengotorisasi pengerjaan ulang rantai suplai senilai SGD 18 juta untuk usaha kecil dan menengah (UKM) di bawah inisiatif Rantai Suplai 4.0. Sasaran utamanya adalah mitigasi disrupsi di masa depan terhadap UKM, dan mendukung mereka dengan teknologi terintegrasi.
Mengurangi tekanan dengan teknologi
Walaupun kita tidak bisa mengendalikan inflasi maupun kesehatan, cuaca, dan faktor-faktor politik eksternal, kita dapat mengendalikan proses dan operasi kita.
Laporan Masa Depan Rantai Suplai oleh KPMG menyatakan bahwa untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi banyak rantai suplai dan industri logistik, industri perlu menerapkan teknologi digital untuk menghasilkan rantai suplai berketahanan tinggi. Saat Automasi Cerdas (Intelligent Automation/IA) ditanamkan pada proses di sepanjang rantai suplai, produktivitas, kapasitas, dan level layanan staf akan meningkat. Hal ini akan mengurangi tekanan terhadap rantai suplai, yang lalu dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan fluktuasi kebutuhan dan tantangan eksternal yang memengaruhinya.
Rantai suplai masa kini membutuhkan IA untuk mendukung masa depannya. IA tak hanya soal menyederhanakan proses dan pekerjaan manual, melainkan juga memberi nilai tambah kepada industri dengan menciptakan ekosistem terhubung dan aman yang terdiri dari pemicu terautomasi, sehingga menghasilkan keluaran dari hulu ke hilir secara cepat dan efisien.
Rantai suplai perlu mengimbangi konsumen
Industri yang menerapkan teknologi ini akan menghasilkan rantai suplai yang berpusat pada pelanggan, dengan menyusun proses yang berjalan mulus menghadapi semua perubahan kebutuhan yang dihadapinya.
Perilaku pelanggan telah berubah selama satu dasawarsa terakhir, begitu pun dengan ekspektasi mereka. Rantai suplai perlu memenuhi kebutuhan pelanggan melek teknologi dengan menerapkan solusi teknologi inovatif. Pelanggan zaman sekarang menuntut pengalaman bebas hambatan dengan pelaksanaan pembelian yang cepat, dan perusahaan yang gagal memenuhi hal tersebut akan menghadapi konsekuensi kehilangan pelanggan. Rantai suplai kini bukan dianggap sebagai rangkaian masukan dan aliran yang linier, melainkan jaringan berkembang yang dapat diprediksi, digital, dan saling terhubung, dengan berfokus pada pelanggan akhir.
Berpusat pada pelanggan akan memberi kebebasan bagi perusahaan dalam mengelola pengalaman pelanggan, sehingga memastikan interaksi dan kenyamanan pribadi. Laporan Keberhasilan Pengalaman Pelanggan KPMG pada 2021 menunjukkan bahwa personalisasi tetap penting bagi konsumen di Singapura, seiring evaluasi pelanggan terhadap interaksi mereka dengan perusahaan. Penerapan Pembelajaran Mesin (Machine Learning/ML) untuk menemukan tren dan celah pasar akan bermanfaat dalam meningkatkan pengalaman pelanggan.
Antisipasi situasi dengan Automasi Cerdas
Sekarang pertanyaannya bukan lagi ‘apakah’ teknologi digital akan mengubah lanskap rantai suplai, melainkan ‘kapan’ hal itu akan terjadi. Perusahaan harus memanfaatkan peranti lunak dan platform yang sudah tersedia dan dapat mentransformasi alur kerja agar dapat menanggapi kebutuhan terkini konsumen dengan lebih baik. Implementasi inteligensi dokumen dapat membantu dalam menerjemahkan data tidak terstruktur dan mengungkap wawasan dengan jelas. Selanjutnya, menghubungkan sistem bisnis seperti aplikasi usaha dan chatbot secara internal dan eksternal dapat membantu pengarusutamaan operasi.
IA berfungsi mendukung pekerja manusia, bukan menggantikan mereka. Saat ada proses terautomasi yang mengakomodasi alur kerja harian dalam suatu bisnis, kapasitas staf untuk menangani dan menilai fluktuasi kebutuhan eksternal pun bertambah. Dengan berlanjutnya dampak dari masalah rantai suplai terhadap bisnis dan konsumen di Asia Tenggara dan seluruh dunia, langkah automasi dan digitalisasi untuk memitigasi masalah ini harus dilakukan sesegera mungkin.
Penulis: Irene Hwa, Senior Director of Field Marketing, Asia Pasifik dan Jepang, Kofax.