MAJALAH ICT – Jakarta. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan bahwa proses penataan ulang frekuensi 1800 MHz yang dimulai sejak Mei lalu, dinyatakan selesai. Penataan ini menghasilkan blok frekuensi yang dimiliki oleh operator ditempatkan secara berdampingan, tidak lagi terpisah-pisah, agar mampu memberi layanan maksimal.Kendati sudah selesai, namun tidak semua operator langsung menyatakan jaringan ini akan komersial, hanya XL Axiata saja yang akan menggelar acara untuk menandakan ini.
"Alhamdulillah, untuk refarming 1.800 MHz sudah beres semua. Tidak ada fallback. Sekarang sedang performance test," Rudiantara sebagaimana dikutip dari lama resmi Kominfo. Menurut Rudiantara, Indonesia harus mengejar ketertinggalan dengan Negara-negara maju di bidang teknologi informasi. Oleh karena itu, seluruh potensi yang ada harus bersinergi, terutama untuk ekosistem device (perangkat), network (operator jaringan), dan aplikasi. "Jika ketiganya tidak berfungsi dengan baik, maka broadband seperti 4G di Indonesia akan pincang," ujarnya.
Rudiantara menambahkan, Indonesia memiliki potensi, sumber daya dan pasar sangat besar. "Jangan biarkan bangsa ini hanya menjadi pasar, harus bangkit, mandiri, dan kreatif di industri di Tanah Air," imbuh Rudiantara.
Ditambahkan Chief RA, dari ekosistem global, 1.800 MHz merupakan salah satu frekuensi yang populer digunakan untuk menggelar 4G LTE. Sekarang sudah banyak tersedia ponsel pintar dengan antena yang mendukung 4G LTE di 1.800 MHz. Harganya pun ada yang murah sampai yang mahal. Hal lain yang membuat 1.800 MHz istimewa, adalah karena operator seluler di Indonesia memiliki sumber daya frekuensi yang besar di spektrum tersebut. Tercatat XL dan Telkomsel masing-masing mempunyai sumber daya seluas 22,5 MHz, Indosat 20 MHz, sedangkan Tri yang paling kecil, 10 MHz.
"Dengan sumber daya yang cukup besar ini, mereka seharusnya bisa memberikan layanan akses Internet cepat yang baik kepada pelanggan," pungkas Rudiantara.