MAJALAH ICT – Jakarta. Serangan ransomware WannaCry yang terjadi di Indonesia memakan cukup banyak korban. Terungkap bahwa ribuan alamat Internet Protocol (IP) serta komputer terinfeksi malware yang meminta tebusan karena file yang ada dikomputer terkunci tidak bisa dibuka.
Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi Indonesia (LPPMII) Kamilov Sagala menilai, korban WannaCry yang muncul ke permukaan ini laksana fenomena gunung es, dimana korban yang terinfeksi bisa lebih banyak lagi. Untuk itu, Kamilov meminta pemerintah bertanggung jawab. “Menkominfo, Direktur Keamanan Informasi Ditjen Aptika dan IDSIRTTI harus bertanggung jawab,” tandasnya.
Menurut Kamilov, saat ini kondisi komputer di banyak perusahaan masih dalam kondisi offline karena tidak terhubung dengan internet. Selain itu, banyak yang terinfeksi namun tidak melapor, karena menyangkut citra perusahaan atau kebingungan untuk melapor ke mana. “Informasi kebencanaan yang disampaikan Kementerian Kominfo sepotong-sepotong dan sulit dimengerti. Seperti soal penggunaan Windows yang disebutkan WannaCry hanya menyasar pengguna Windows versi lama. Itu kan keliru, sebab semua Windows rentan, terutama yang tidak lagi mendapat dukungan Microsoft dan tidak melakukan updating software keamanan baru, serta adanya lubang dalam sistem operasi tersebut. Ini belum lagi soal mitigasi dan proses pemberian informasi penanganan infeksi yang sulit dipahami,” yakinnya.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebut dari data itu, serangan WannaCry tak hanya menimpa komputer yang ada di ibu kota, namun juga di sejumlah daerah. Dan yang terinfeksi, berasal dari sektor perkebunan, manufaktur, dan perbankan yang berada di daerah, termausk juga Samsat di Sulawesi yang juga jadi korban keganasan WannaCry. Namun Chief RA memastikan bahwa jumlah komputer yang terinfeksi di daerah tidak begitu banyak.