MAJALAH ICT – Jakarta. Merosotnya dengan naiknya nilai tukar dolar Amerika Serikat tidak membuat PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) khawatir. Pasalnya, cadangan valuta asing Telkom masih cukup anyak, seiktar Rp. 1 triliun. Demikian dikatakan Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk Arief Yahya.
Menurut Arief, depresiasi rupiah tidak berdampak signifikan terhadap utang valuta asing perseroan. Sebab, BUMN telekomunikasi ini masih memiliki cadangan valas sekitar 100 juta dolar AS atau dengan kurs sekarang mencapai Rp. 11 triliun lebih. "Seluruh kewajiban atau utang dolar masih dapat kita bayar," ujar Arief.
Dengan kenaikan dolar, Arief juga menegaskan bahwa Telkom belum berkeinginan meningkatkan jumlah utang valas tersebut. Walaupun saat ini kewajiban perusahaan dalam denominasi dolar masih rendah, atau di bawah 30%. "Tidak ada rencana untuk meningkatkan utang walau dolar tengah menguat karena tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan kita," kata Arief.
Padahal dikabarkan, Telkom mendapatkan pinjaman valas sekitar Rp375 miliar dari lembaga perbankan ekspor asal Jepang atau Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Utang valas ini untuk membiayai ekspansi anak perusahaan, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Internasional.