MAJALAH ICT – Jakarta. Satelit Telkom-3 gagal mencapai orbit setelah diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, Agustus tahun lalu. Dampaknya adalah terhadap penyediaan transponder yang tadinya diharapkan tersedia dengan hadirnya Telkom-3, namun dengan kegagalan tersebut, transponder yang dibutuhkan gagal disediakan. Padahal, satelit yang dibuat perusahaan Rusia Reshetnev Information Satellite Systems ini, dirancang untuk menyediakan layanan siaran televisi, akses data Internet kecepatan tinggi untuk Indonesia.
Untuk mengatasi hal tersebut, Telkom ‘terpaksa’ harus menyewa transponder dari empat satelit asing. Seperti dikatakan Slamet Riyadi, Head of Corporate Communications and Affair Telkom, keempat satelit asing tersebut disewa oleh Telkom karena mempunyai footprint atau jangkauan ke wilayah Indonesia. "Satelit itu adalah Jsat dari Jepang, Sinosat dan China Satellite dari China, serta Apstar dari Hong Kong," jelas Slamet.
Sebagaimana diketahui, Roket Proton-M milik pemerintah Rusia gagal meluncur ke orbit setelah mengalami kegagalan mesin pendorong akhir. Satelit milik Telkom senilai US$ 150 juta yang berada di dalamnya tak sampai pada ketinggian operasional. Roket beserta muatan diluncurkan dari pusat peluncuran Baikonur Cosmodrome. Roket ini dibagi ke dalam tiga kali dorongan. Dua dorongan pertama berlangsung sukses, namun mesin pendorong Briz-M yang seharusnya bermanuver selama 18 menit 7 detik tidak bekerja sempurna. Pendorong terakhir ini hanya bekerja selama tujuh detik sehingga dipastikan gagal mengantarkan muatan ke orbit yang diinginkan.
Roket Proton-M mengangkut dua satelit komunikasi Telkom-3 milik Indonesia dan satelit Express MD-2 milik Rusia. Kegagalan peluncuran satelit kali ini menambah daftar panjang kegagalan pemerintah Rusia dimana pada 2011, dari 35 peluncuran yang dilakukan lima di antaranya kegagalan.