MAJALAH ICT – Jakarta. Serangan cyber terbesar yang pernah ada di dunia masih akan mungkin menambah jumlah korban dan mengancam malapetaka lagi pada hari Senin ketika orang kembali bekerja. Kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menginfeksi 150 negara dan 200 ribu pihak telah menjadi korban.
Disampaikan Kepala badan penegakan hukum Uni Eropa Europol, kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya. “Pada saat ini, kami sedang menghadapi ancaman yang meningkat, jumlahnya akan meningkat,” kata Direktur Europol Rob Wainwright. “Saya khawatir tentang bagaimana angka-angka akan terus bertambah saat orang-orang pergi bekerja dan menghidupkan mesin mereka pada hari Senin pagi.”
Organisasi di seluruh dunia telah menghabiskan akhir pekan ini dengan mencoba pulih setelah terkena virus yang berusaha menguasai komputer sampai korban membayar uang tebusan. Rumah sakit, perusahaan besar dan kantor pemerintah termasuk di antara mereka yang sangat terpengaruh. Ahli keamanan dunia maya mengatakan mayoritas serangan tersebut menargetkan Rusia, Ukraina dan Taiwan. Tapi rumah sakit Inggris, universitas China dan perusahaan global seperti Fedex (FDX) juga melaporkan bahwa mereka mendapat serangan, termausk juga dua rumah sakit besar di Indonesia menjadi korban.
Pakar keamanan mengatakan bahwa penyebaran virus tersebut secara tidak sengaja dihentikan pada akhir Jumat. The ransomware dirancang untuk berulang kali menghubungi domain yang tidak terdaftar dalam kodenya. Seorang peneliti keamanan berusia 22 tahun di Inggris, yang mengelola MalwareTech, mendaftarkan domain tersebut untuk menganalisis serangan tersebut, namun ternyata uang tebusan itu tetap diperlukannya agar yang tidak terdaftar tetap menyebar.
Namun, seorang hacker bisa mengubah kode untuk menghapus domain dan mencoba serangan ransomware lagi. Dan itu berpotensi menciptakan kerusakan lebih banyak karena kemungkinan akan mengintai komputer di perkantoran di seluruh dunia yang belum pernah digunakan sejak Jumat.
Menteri Keuangan A.S. Steven Mnuchin, dalam sebuah pertemuan di Italia, mengatakanserangan tersebut merupakan pengingat akan pentingnya keamanan maya. “Ini prioritas besar saya sehingga kami melindungi infrastruktur keuangan,” katanya. Euroc Wainwright menggarisbawahi bahwa semua sektor ekonomi rentan dan organisasi bisa mengambil pelajaran dari industri perbankan, yang tampaknya telah lolos dari serangan global.
“Sangat sedikit bank, jika ada yang terpengaruh karena mereka telah belajar dari pengalaman menyakitkan menjadi target utama cybercrime,” katanya.
Uang tebusan, yang disebut WannaCry, mengunci file pada komputer yang terinfeksi dan meminta administrator komputer untuk membayarnya agar bisa mengendalikannya kembali. Eksploitasi itu bocor bulan lalu sebagai bagian dari upaya alat mata-mata NSA. Uang tebusan tersebut disebarkan dengan memanfaatkan kerentanan Windows yang Microsoft (MSFT, Tech30) merilis patch keamanan untuk bulan Maret. Tapi komputer dan jaringan yang belum memperbarui sistem mereka masih berisiko.
Setelah serangan tersebut, Microsoft mengatakan telah mengambil “langkah yang sangat tidak biasa” untuk merilis sebuah patch untuk komputer yang menjalankan sistem operasi lama termasuk Windows XP, Windows 8 dan Windows Server 2003.
Para ahli mengatakan bahwa uang tebusan telah menghasilkan lebih dari 32 ribu dolar, meskipun mereka memperkirakan jumlah tersebut akan meningkat saat orang-orang kembali ke kantor Senin.
WannaCry telah menyebabkan gangguan besar di seluruh dunia. Enam belas organisasi Layanan Kesehatan Nasional di Inggris tersernag, dan beberapa rumah sakit tersebut membatalkan janji rawat jalan serta memberi tahu orang-orang untuk menghindari adanya departemen gawat darurat jika memungkinkan. Barts Health, yang mengelola lima rumah sakit di London, mengatakan hari Minggu bahwa pihaknya masih mengalami gangguan terhadap sistem komputernya dan meminta masyarakat untuk menggunakan layanan lainnya.
Di China, perusahaan keamanan internet Qihoo360 mengeluarkan “peringatan merah” yang mengatakan bahwa sejumlah besar perguruan tinggi dan pelajar di negara tersebut telah terpengaruh oleh WannaCrypt. Media pemerintah melaporkan bahwa sistem pembayaran digital di beberapa SPBU sedang offline, memaksa pelanggan membayar uang tunai. Perusahaan global besar mengatakan bahwa mereka juga diserang. Fedex mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya “mengalami gangguan dengan beberapa sistem berbasis Windows yang disebabkan oleh perangkat lunak perusak.” Dua perusahaan telekomunikasi besar, Telefónica (TEF) dari Spanyol dan Megafon dari Rusia, juga terpukul, seperti juga produsen mobil Jepang Nissan (NSANF) di Inggris Raya.