MAJALAH ICT – Jakarta. Korban terbaru serangan cyber adalah Hotel Hyatt. Perusahaan perhotelan global ini mengatakan bahwa telah ditemukan malware pada sistem komputer yang digunakan untuk memproses pembayaran pelanggan.
Disebutkan, peretas telah mempengaruhi sistem pengolahan pembayaran dari properti-properti yang dikelola oleh Hyatt. Adapun kejadian, seperti disampaikan, terjadi pada 23 Desember dimana sistem diretas, namun tidak ada informasi apakah atau tidak informasi kartu kredit pelanggan atau data lainnya telah dicuri.
Mengetahui adanya peretas, manajemen Hyatt segera menyewa ahli cybersecurity terkemuka untuk menyelidiki peretasan. Ditambahkan pula, kini keamanan sistem pembayaran telah disempurnakan untuk membuat pelanggan merasa nyaman saat melakukan transaksi dengan hotel Hyatt. Selain itu, perusahaan perhotelan Amerika ini juga telah meminta pelanggan untuk mengawasi biaya yang tidak sah dalam laporan tagihan kartu kredit mereka dan melaporkan aktivitas yang tidak biasa pada penerbit kartu perusahaan.
Hyatt juga bersedia memberikan bantuan lengkap untuk para pelanggan yang memiliki pertanyaan. Perusahaan ini memiliki portofolio 627 properti di seluruh 52 negara.
Selain meretas Hyatt, hacker pada bulan November 2015 juga emretas jaringan hotel internasional, Hilton. Jaringan hotel Hilton Worldwide diserang oleh hacker, yang kemudian telah berhasil informasi sensitif berupa data kartu kredit sensitif dari tamu yang pernah di hotel tersebut. Hilton memiliki jaringan 4.500 hotel di seluruh dunia.
Serangan terhadap Hilton terjadi hanya selang empat hari setelah Starwood Hotel, yang mengoperasikan jaringan Sheraton dan Westin mengumumkan bahwa hacker meretas sistem pembayaran di beberapa jaringan hotel ini yang berpotensi membocorkan informasi kartu kredit pelanggan. Pada bulan Juli, jaringan hotel Donald Trump juga diyakini telah menjadi mangsa penerobosan keamanan setidaknya selama lima bulan.
