MAJALAH ICT – Jakarta. Isu slot orbit satelit di 150,5 BT menjadi perbincangan hangat minggu ini. Pemerintah secara tegas menarik amanah yang telah diberikan ke Indosat mengisi orbit ini dengan satelit baru, dan dari informasi yang mengemuka akan diisi oleh satelit yang dibeli BRI. Ini menarik.
Satelit Palapa E, sebagaimana disampaikan oleh Indosat, saat ini sedang memasuki tahap finalisasi desain. Diperkirakan bahwa tahun 2016, satelit ini baru akan meluncur. Peluncuran satelit yang baru akan dilakukan 3 tahun lagi ini bisa berdampak serius dimana slot orbit 150,5 BT bisa jadi akan di-surpressed dan Indonesia dikasih waktu hingga 2015. Jika tidak juga diluncurkan, maka slot orbit kemungkinan akan hilang dari rengkuhan bumi pertiwi, dan tentunya negara berpotensi rugi triliunan rupiah.
Isu soal slot orbit dan kerugian negara sudah muncul sejak isu slot orbit 150,5 BT ini mengemuka, di tahun 2007. Sampai akhirnya, pemerintah mengambil langkah dengan menggandeng operator untuk menempatkan plotter di orbit tersebut, sambil berjanji pada Inetrnational Telecommunication Union (ITU) sebagai lembaga dunia di bawah PBB yang mengatur slot orbit satelit dunia, bahwa satelit akan diluncurkan dan sudah dipesan. Indosat saat itu begitu kuat "menekan" pemerintah untuk mendapatkan slot orbit itu kembali karena akan menggunakan slot orbit tersebut
Di tahun 2011, satelit Palapa D milik Indosa diluncurkan dan mengisi slot orbit 113 BT. C2 sendiri bergeser ke slot orbit 150,5 BT. C2 sudah habis masa edarnya 2011 lalu. Saat ini C2 sudah melewati dua tahun dari masa akhirnya bekerja. Inilah yang mengherankan. Slot orbit 150,5 BT harusnya diisi satelit baru bukan transit dari satelit yang telah habis masa kerjanya.
Jika pemerintah menyampaikan ke ITU sebagai otoritas pengatur slot orbit dunia, maka ITU biasanya akan memberi waktu dua tahun agar satelit baru mengangkasa. Jika tidak, maka slot orbit akan diberikan pada pemohon lainnya, yang masuk dalam antrian peminat slot orbit berikutnya. Sehingga, paling tidak, batas waktu yang diberikan hanya sampai 2015.
Jika tidak diisi satelit atau plotter, maka slot orbit akan hilang dari penguasaan Indonesia. Jika hilang, tentu saja, negara berpotensi dirugikan triliunan rupiah. Sebab, slot orbit saat ini telah menjadi sumber daya terbatas, dimana banyak negara berminat menempatkan satelit namun slot orbit yang tersedia terbatas.