MAJALAH ICT – Jakarta. Perkembangan bisnis telekomunikasi terlihat akan mengarah pada konsolidasi antaroperator. Hal itu, karena jumlah operator yang banyak, membuat tidak semua operator mendapatkan keuntungan seperti diharapkan. Dan dari semua operator, operator yang mengunakan teknologi CDMA di frekuensi 850 MHz, mengalami pukulan telak.
Seperti terjadi dengan Bakrie teleocm. Selain pengguna yang berkurang hingga 2 juta pengguna dibanding pada 2011, dalam laporan keuangan terakhir untuk 2012, BTEL menderita kerugian hingga mencapai Rp. 3,13 triliun. Kerugian ini jauh meningkat dibanding 2011 yang ‘hanya’ mencapai Rp. 782 miliar. Tidak jauh berbeda dengan BTEL, operator lain PT SmartFren—yang memiliki lisensi FWA dan Seluler, mengalami kondisi yang hampir sama. Sepanjang 2012, Smartfren merugi hingga Rp. 1,56 triliun. Meskipun, angka ini menurun dibanding kerugian taun sebelumnya yang mencapai Rp. 2,39 triliun.
Star One dan Flexi meski secara unit usaha tidak terlihat, karena laporan keungan digabungkan atau sudah konsolidasi, nampaknya juga tidak jauh berbeda. Hanya karena memiliki usaha seluler dengan teknologi GSM nya, maka kalaupun tidak menguntungkan hal itu dapat ditutupi.
Melihat sulitnya bersaing karena faktor keterbatasan frekuensi, lisensi yang beberapa masih hanya mobilitas terbatas (FWA), selain isu konsolidasi AXIS dan XL Axiata, konsolidasi lain dikabarkan adalah antara penghuni 850 MHz. Dikabarkan, karena merugi terus, BTEL sedang menjajaki untuk menjual Esia ke Telkom. Begitu juga dengan Star One. Indosat sejak Direktur Utama dipegang Harry Sasongko, atas tekanan Qatar sudah ancang-ancang untuk melepas Star One. Indosat dikabarkan akan fokus di seluler dan data, melalui Indosat dan IM2. Sementara jaringan akan difokuskan ke Lintas Arta. IM2 dan Lintas Arta adalah anak perusahaan Indosat.
BTEL sendiri, setelah kepemilikan sebagaian saham BTEL beralih ke Mount Charlotte Holding Limited, namun kemudian diketahui juga bahwa Mount Charlotte telah mengalihkan semua hak dan kewajiban kepada Sky Trinity Industries Ltd.
Pengambilalihan itu diketahui berdasarkan Laporan Keuangan Bakrie & Brothers, yang melaporkan bahwa pengambilalihan hak dan kewajiban Mount Charlotte terjadi pada 7 Desember 2012. Sky Trinity sendiri adalah merupakan perusahaan baru berdiri, 19 Januari 2012, yang berbasis di Hong Kong.