MAJALAH ICT – Jakarta. Industri satelit di Tanah Air kembali terguncang saat slot satelit 150,5 derajat BT milik Indonesia dicabut oleh International Telecommunication Union (ITU). Anehnya, hal itu baru terungkap pada 2007, padahal slot tersebut telah habis masa hidupnya sejak 2003.
Pada 2007, ITU menginformasikan bahwa sejumlah filing satelit Indonesia yang didaftar ke lembaga itu sejak era 1990-an sempat dihapus oleh badan tersebut. Salah satu slot yang sempat dihapus adalah slot orbit 150,5.
Mengetahui hal itu, pemerintah pada 2007 bergerak cepat menyelamatkannya dengan meminta dukungan sejumlah negara lewat forum ITU.
Langkah tersebut diambil karena Indosat terkesan lamban dalam pemanfaatan slot tersebut. Oleh karenanya, pada tahun 2007 silam, pemerintah meminta Indosat mengajukan proposal komitmen untuk mengisi dan memaksimalkan slot orbit 150,5 BT sebelum akhir 2009, bila tidak pemerintah akan menyerahkannya pada Telkom.
Meski akhirnya pemerintah mendapatkan kembali filing di slot tersebut dengan status junior, namun tetap saja kejayaan satelit Indonesia di masa lalu seakan runtuh dan hancur berkeping-keping. Apalagi pihak- pihak yang seharusnya bertanggung jawab malah saling menyalahkan satu sama lain.
Pemerintah dikabarkan menolak proposal Indosat untuk memanfaatkan slot orbit 150,5 derajat BT. Anak usaha Ooredoo tersebut rencananya akan memanfaatkan slot tersebut untuk satelit barunya, Palapa E.
Indosat, melalui surat yang dikirim ke Kominfo menyatakan komitmennya untuk mengelola slot orbit 105,5 derajat BT.
Penolakan dari pemerintah tersebut diduga karena Indosat pernah wanprestasi dalam memanfaatkan slot tersebut, bahkan sempat dinyatakan hilang oleh International Telecommunication Union (ITU) sehingga bisa dipakai negara lain, padahal slot orbit merupakan sumber daya yang terbatas dan mahal.
Namun, slot ini sendiri tak kunjung jelas pemanfaatannya sehingga terancam kembali di-surpressed. Slot 150,5 BT hanya dipakai transit satelit bekas dan tidak ada satelit baru diluncurkan ke orbit tersebut. Slot orbit ini sendiri digunakan untuk transit Palapa C2 setelah satelit Palapa D menggantikan orbit Palapa C2 di 113 BT. Adapun, Palapa C2 sudah sudah habis masa edarnya di 2011 lalu.
PT Indosat Tbk mengklaim pihaknya tidak melakukan wanprestasi dalam pengelolaan filing satelit di slot orbit 105,5 derajat BT karena masih ada satelit Palapa C2 yang masa kerjanya sampai 2015. Presdir and CEO Indosat Alexander Rusli mengatakan pihaknya tidak melakukan wanprestasi, dan International Telecommunication Union (ITU) pun tidak mempermasalahkannya.
Menurut dia, Indosat sudah meneken kontrak dengan pihak vendor untuk meluncurkan satelit Palapa E menggantikan Palapa C2 di slot tersebut.
Kondisi saat ini, bahkan sejumlah slot satelit Indonesia malah dipakai satelit asing tanpa mereka membayar BHP frekuensi ke pemerintah Indonesia. Indosat, yang banyak dimiliki asing pun, otomatis satelitnya menjadi milik asing.
Tulisan ini dan informasi-informasi mengenai perkembangan ICT Indonesia lainnya dapat dibaca di Majalah ICT Edisi No. 17-2013 di sini