MAJALAH ICT – Jakarta. Kritikalnya peran sumber daya manusia dalam mengakselerasi laju transformasi digital di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) menjadi salah satu isu penting yang diangkat sebagai agenda utama Huawei Connect 2022. Pada perhelatan yang berlangsung di Bangkok, Thailand tersebut, para pemangku kepentingan kembali menegaskan adanya kebutuhan mendesak terhadap talenta digital berkompetensi yang diyakini akan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan transformasi digital di kawasan.
Jacky Chen, CEO Huawei Indonesia, pada perhelatan tersebut mengungkapkan bahwa upaya-upaya strategis untuk mendukung ketersediaan talenta digital mumpuni dalam kuantitas besar perlu untuk terus ditindaklanjuti dan dikembangkan. Ia mengatakan, menuju dunia baru 2030 yang ia sebut sebagai a better connected and intelligent world, pemanfaatan teknologi-teknologi mutakhir seperti 5G, Cloud Computing, Big Data dan AI akan semakin menjadi keniscayaan. Konvergensi teknologi-teknologi tersebut juga dipercayai akan mendorong perubahan pada ekonomi digital secara signifikan.
“Sehubungan dengan dinamika tersebut, misi untuk terus mengembangkan kompetensi talenta-talenta digital di kawasan, termasuk di Indonesia, melalui kolaborasi multi-helix antara pemerintah, pelaku industri, dunia pendidikan, dan komunitas, sangat penting untuk terus diselenggarakan. Sejak kehadirannya di Indonesia lebih dari 22 tahun lalu, Huawei melalui komitmen ‘Huawei I DO Collaborate’ telah menjadikan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan sebagai program sinergi berkelanjutan dalam mendukung ketersediaan talenta digital sesuai kebutuhan industri,” papar Jacky.
Huawei di Indonesia menargetkan mampu mengembangkan 100 ribu talenta digital hingga 2025 melalui berbagai program-program kolaboratifnya yang bertajuk 100.000 Talenta Digital, dari kompetisi, seminar-seminar, hingga pelatihan-pelatihan di bidang TIK. Diluncurkan pada Oktober 2020, saat ini Huawei membina lebih dari 64 ribu penerima manfaat melalui program 5 tahun ini untuk memenuhi kebutuhan talenta digital dalam negeri yang jumlahnya mencapai 600.000 setiap tahun.
Keseriusan Huawei dalam menggalang kolaborasi multi-helix guna membantu ekosistem di Indonesia mampu mengantisipasi isu ketersediaan talenta digital dinilai oleh berbagai pihak sebagai upaya kontributif yang relevan dengan isu terkini, baik di tanah air maupun di Kawasan Asia Pasifik.
Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng., Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, mengatakan, “Saat ini, dunia sedang bergeser secara masif menuju realitas yang lebih digital di berbagai sektor. Oleh karena itu, Indonesia perlu mempercepat pengembangan talenta digitalnya agar dapat mengikuti perubahan dan menjaga daya saing tenaga kerjanya sesuai dengan visi besar Presiden Joko Widodo untuk menjadikan bangsa ini sebagai 5 besar kekuatan ekonomi digital dunia pada tahun 2045. Ekosistem membutuhkan dukungan dari para pemimpin TIK global termasuk Huawei. Pengalaman serta kepakaran dari pemimpin industri sangat penting untuk mempercepat dan memperkaya transformasi digital dan karenanya mendorong pertumbuhan ekonomi untuk kemajuan bangsa Indonesia.”
Berbicara pada sesi bertema kebangkitan perusahaan rintisan ASEAN, Muhammad Neil El Himam, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengatakan bahwa pengembangan talenta digital juga menjadi kebutuhan mendasar dalam mendukung perkembangan perusahaan-perusahaan rintisan atau startup di seluruh negara-negara ASEAN yang saat ini makin cepat melaju.
“Di Indonesia sendiri, hingga tahun 2022, jumlah startup tercatat sudah mencapai 2300an perusahaan. Potensi kontribusi terhadap ekonomi digital nasional sangat besar. Hal ini tidak lepas dengan peluang ekonomi internet Indonesia yang begitu besar. Indonesia dengan populasi yang mencapai 277,7 Juta memiliki 370,1 Juta perangkat ponsel aktif. Hal itu diiringi dengan tingkat penetrasi internet yang besar, yaitu mencapai 77%. Angka tersebut sejalan dengan data yang menunjukkan jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 204,7 Juta dan 191,4 Juta pengguna aktif media sosial. Potensi yang dimiliki oleh Indonesia membuat nilai ekonomi internet Indonesia pada tahun 2021 mencapai USD 70 Milyar dan diprediksi akan mencapai USD 146 Milyar pada tahun 2025.
Pada proses perkembangan ke depan, perlu terus didukung oleh semua pihak mengingat banyaknya inovasi startup yang berhasil menjadi solusi digital bagi masyarakat luas. Kami mengapresiasi keseriusan Huawei dalam peningkatkan kompetensi talenta digital khususnya melalui program-programnya yang diinvestasikan untuk pengembangan startup, seperti program Huawei Spark. Upaya Huawei sejalan dengan lingkup tugas kami untuk mengakselerasi, menumbuhkan, dan mengembangkan peluang kemandirian ekonomi bagi masyarakat Indonesia,” ujar Muhammad Neil El Himam.
Terpisah, Muhammad Arif, Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengatakan bahwa tingginya kebutuhan terhadap talenta digital berkorelasi erat dengan makin meningkatnya penetrasi internet di Indonesia. “Indonesia memiliki kekayaan jumlah pengguna internet yang mencapai 77,02% dari populasi, atau 210 juta per Juni 2022. Angka ini meningkat 50 juta pengguna dari tahun 2020 berkat digitalisasi masif akibat pandemi. Transformasi digital telah didukung oleh pembangunan infrastruktur di Indonesia. Penetrasi internet harus dibarengi dengan peningkatan literasi digital untuk penggunaan internet secara produktif, termasuk untuk mendorong transformasi digital. Peran Huawei sebagai pemimpin ICT global dan asosiasi industri sangat penting untuk mendorong realisasi pembangunan.”
Terkait dengan upaya mengatasi tantangan kesenjangan talenta digital, Arnaldo Marulitua Sinaga, Rektor IT Del mengapresiasi kontribusi Huawei selama ini, terutama dalam membangun sinergi dengan dunia pendidikan tinggi di Indonesia dalam menjawab isu ini. “Kami membutuhkan transfer pengetahuan dan teknologi dari pemimpin teknologi dunia untuk mengakselerasi pemahaman kami terhadap kebutuhan nyata industri. Melalui program-programnya yang beragam di bidang AI, 5G, Cloud hingga Keamanan Siber, Huawei membantu kami dalam mengembangkan kompetensi mahasiwa IT Del sebagai talenta digital yang siap memenuhi kualifikasi industri.”
Dr. Tutun Juhana, S.T, M.T dari Institut Teknologi Bandung, mengatakan,”Sejak 2013, ITB telah berkolaborasi dengan Huawei melalui berbagai program alih pengetahuan dan teknologi. Huawei mendukung kami dalam melakukan riset teknologi 5G, AI dan teknologi mutakhir lainnya, mendirikan Huawei ICT Academy dan Huawei ICT Academy Support Center, pembangunan laboratorium lengkap dengan router dan firewall, pengembangan kurikulum, sertifikasi pengajar, serta pengembangan kompetensi mahasiswa melalui program-program berkesinambungan seperti Huawei ICT Competition dan Seeds for the Future. Setiap tahun, sekira 200 mahasiswa ITB mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Huawei. Atas kontribusi Huawei tersebut, ITB memberikan penghargaan Ganesa Widya Jasa Adiutama yang merupakan pengakuan tertinggi kepada pihak-pihak yang dinilai secara nyata dan berkelanjutan telah berperan sangat aktif dalam mengembangkan ekosistem TIK lokal, termasuk organisasi dan individu.”
Dr. Eng. Khoirul Anwar, S.T., M. Eng. dari Telkom University, mengatakan,”Pusat Unggulan IPTEKS Advanced Intelligent Communications (AICOMS), Telkom University, sangat mengapresiasi konsistensi Huawei dalam mendukung dunia pendidikan di Indonesia untuk semakin memperkuat kompetensi, terutama dalam mencetak talenta-talenta digital yang mampu memenuhi kriteria industri. Melalui program-program alih pengetahuan dan teknologinya seperti Huawei ICT Academy, Huawei TechDay, Seeds for the Future, serta beragam pelatihan dan webinar yang kami selenggarakan bersama, Huawei banyak memberikan kontribusi dan berbagai pengalaman-pengalaman terbaiknya yang sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan seperti kami untuk makin memahami dinamika saat ini maupun peluang-peluang di masa depan yang harus kami antisipasi.”