MAJALAH ICT – Jakarta. Layanan Broadband Wireless Access (BWA) dari Internux yang mengunakan nama Bolt rencananya akan diluncurkan 14 Desember 2013 ini. Namun begitu, nampaknya calon pengguna yang sudah menunggu layanan komersial Bolt, harus menunggu lagi karena Bolt batal diluncurkan dengan alasan perlu dipastikan kualitas layanan optimal.
Pembatalan menimbulkan teka-teki. Memang Internux sendiri mengatakan bahwa pembatalan dikarenakan untuk peningkatan kualitas. "Bolt! Folks, utk memastikan kualitas layanan yg optimal Commercial launch blm dpt dilakukan bsk," tulis akun Bolt! Super 4G LTE melalui Twitter. Namun, ketika Internux mengumumkan Bolt, pemerintah nampaknya terkaget-kaget karena Internux secara sepiak mengumumkan akan meluncurkan 4G LTE, padahal pemerintah sendiri belum keluarkan kebijakan mengenai 4G LTE.
Bagi operator telekomunikasi, kebijakan pemerintah soal LTE begitu lama dinanti. Jalan berliku harus dijalani, termasuk melakukan uji coba lebih dulu di perhelatan APEC di Bali. Operator telekomunikasi harus menunggu kebijakan resmi pemerintah, dimana LTE akan dilokasikan.
Bahkan ada operator yang mengklaim mendapat restu dari pemerintah saja langsung dibantah bahwa pemerintah belum secara resmi menentukan dimana LTE dialokasikan frekuensinya. Penegasan itu disampaikan Anggota Badan Regulasi telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono. Menurut Nonot, pemerintah rencananya akhir tahun 2013 ini baru siap membuka LTE berbasis time division duplex (TDD) di spektrum 2,3 GHz. Penyusunan materi rancangan peraturan menteri Kominfo terkait LTE TDD tersebut rencananya akan selesai pada November.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring pernah menyampaikan, izin komersialisasi 4G akan dikeluarkan Desember 2013 sebagai apresiasi operator yang sudah melakukan uji coba 4G LTE guna mendukung perhelatan APEC. Namun Tifatul tidak mengatakan operator mana saja yang akan mendapat izin tersebut, termasuk apakah internux akan juga mendapat izin.
Sebagaimana diketahui, Internux yang dulu mendapat Izin BWA Wimax di 2,3 GHz di Zone wilayah Banten dan Jabodetabek, resmi mengganti teknologi dengan LTE. Chief Technology Officer Internux Devid Gubiani mengatakan, jaringan 4G LTE Internux menggunakan frekuensi 2,3 GHz dengan menerapkan teknologi time division duplex long term evolution (TDD LTE). Di frekuensi tersebut, Internux menggunakan lebar pita 15 GHz untuk menggelar 4G LTE. Jaringan 4G LTE Internux mencakup kawasan Jabodetabek. "Tahap awal ini kami menggunakan 1.500 menara BTS untuk menyediakan 4G LTE di Jabodetabek," kata Devid.
Produk Internux diberi nama Bolt yang menawarkan kecepatan akses internet hingga 75 Mbps. Internux menargetkan Bolt akan makin berkembang dimana di awal ditargetkan akan dapat menjaring 10 juta pengguna di Jabodetabek dan di 2015 sudah akan ada 3.500 menara BTS untuk meningkatkan kualitas layanan.
Untuk komersialisasi jaringan 4G LTE ini, Internux telah menggelontorkan dana investasi senilai 550 juta dollar AS atau sekitar Rp 6 triliun, untuk menyewa menara BTS dan perangkat operasional lainnya.
Layanan Paket prabayar Internux hanya Rp 25.000 mendapatkan kuota 8 GB, sementara untuk perangkat mobile wi-fi 4G seharga Rp 274.000. Sehingga, dengan Rp. 300 an ribuan pengguna sudah mendapatkan layanan 4G super cepat. Jika kuota internet habis, pengguna dapat melakukan isi pulsa di toko atau peretail yang telah bermitra dengan Internux.