Search
Rabu 19 Februari 2025
  • :
  • :

Telekomunikasi dan Gadget 2013: Aplikasi Lokal Bergeliat, Tapi Masih Belum Dilirik

MAJALAH ICT – Jakarta. Hebohnya isu penyadapan yang terjadi, menurut Alfitra Salamm, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), merupakan saatnya bagi Indonesia untuk berpikir mengembangkan dan menggunakan aplikasi dalam negeri.

Demikian dikatakan Alfitra dalam diskusi diskusi bertajuk ‘Generasi Muda Bangsa Menyikapi Aksi Penyadapan‘ yang digelar Kantor Kemenpora. "Seeperti email, banyak dari kita pakai Yahoo. Padahal Yahoo, Google itu tidak aman, mereka akan buka atau sadap. Saatnya kita memikirkan untuk menggunakan aplikasi dalam negeri," kata Alfitra.

Dari survei yang dilakukan Ovum, menunjukkan pendapatan layanan voice tergerus oleh layanan VoIP sebesar USD 52 miliar pada 2016, sedangkan SMS tergerus layanan instant messaging sebesar USD 32,6 miliar pada 2013.

Pada 2016, pendapatan dari IM akan melonjak hingga USD 5 miliar menggerus layanan SMS di seluruh dunia, sehingga secara total, layanan operator akan tergerus layanan berbasis protocol internet sebesar USD 106 miliar dalam 5 tahun.

Di Indonesia, dalam enam bulan terakhir, sejumlah operator dan lembaga lainnya sibuk menggelar sejumlah kompetisi dan program yang intinya merangkul penyedia konten lokal. Umumnya ada iming- iming kontrak kerja, fasilitas inkubator, hingga pemasaran konten secara global.

Dukungan pengembangan konten lokal pada tahun ini, pertama kali diungkapkan Bubu.com lewat ajang IDByte, untuk mencari perusahaan konten dan aplikasi pemula atau start up untuk melangkah ke kelas dunia.

Selanjutnya, ada Indosat Wireless Innovation Contest atau disingkat IWIC, yaitu ajang inovasi aplikasi dan konten yang diselenggarakan Indosat. Tak hanya uang ratusan juta yang siap memenuhi kantong pemenang, juga iming-iming kontrak kerja sama dan pemasaran menanti pemenang IWIC.

Tak ketinggalan, PT Telkom, yang meluncurkan Bandung Digital Valley (BDV) dan Jogja Digital Valley (JDV) sebagai pusat inkubasi bagi pengembang konten lokal dari kalangan mahasiswa maupun remaja pada umumnya.

Telkomsel juga merilis Telkomsel Application Developer dan Digital Creative Indonesia Competition (DCIC) yang dibungkus dalam program yang lebih besar, yaitu Digital Creative Indonesia. Sebelumnya, Telkomsel juga mengundang 68 developer lokal untuk bekerja sama dengan anak usaha Telkom tersebut.

Ajang pengembangan konten lokal memang sangat bagus, apalagi di tengah maraknya konten asing yang cenderung memboroskan bandwidth dan kapasitas jaringan operator telekomunikasi. Apalagi, nilai bisnis konten di Indonesia ternyata sangat besar, sehingga sayang bila terbuang ke luar negeri.

Bila sudah begini, sebaiknya ajang penjaringan konten lokal berkualitas bukan hanya sekadar lipstick dan pencitraan, yaitu gemerlap di awal saja dan surut di tengah jalan. Bila hal itu yang terjadi, maka wajar bila disebut ajang kontes konten tersebut hanya pencitraan saja.

Industri konten Indonesia masih dikuasai konten asing. Hal ini bisa dilihat dari urutan sepuluh besar konten yang paling sering diakses, 8 konten merupakan konten asing, termasuk Facebook dan Twitter. Gerakan menggelorakan konten lokal pun didengungkan Klik Indonesia. Klik bersama komunitas telematika menggalang dukungan munculnya konten asli buatan anak negeri dalam perhimpunan konten lokal Indonesia dalam klikIndonesia.org.

""Gerakan mengumpulkan semua konten lokal tersebut mempertemukan pengembang konten dengan investor agar semakin berkembang.

Salah satu kendala besar bagi pengembang konten, terlebih pengembang pemula, adalah dukungan dana. Banyak pengembang konten yang hanya bertahan dalam hitungan bulan.

Tantangan selanjutnya setelah mulai munculnya konten lokal yaitu kemampuan konten lokal bersaing dengan konten asing. Untuk saat ini, kuantitas konten lokal yang muncul akan memperbesar peluang munculnya konten lokal yang berkualitas.

Salah satu konten local yang berkualitas adalah layanan sosial media Cweeta dari Telkomsel. Layanan CWEETA ini memungkinkan penggunanya saling berkirim pesan instan (chatting) atau bersosialisasi di dunia maya dengan pengguna CWEETA lainnya (CWEETers).

Layanan CWEETA menggunakan teknologi USSD, sehingga pengguna CWEETA tidak memerlukan koneksi internet untuk pemakaiannya. Yang jelas selama pelanggan terhubung dengan jaringan GSM Telkomsel, layanan CWEETA bisa hadir dimanapun dan kapanpun melalui kartuHalo, simPATI maupun Kartu As.

Saat ini hampir semua ponsel GSM sudah mendukung teknologi USSD. Jadi dapat dikatakan hampir semua ponsel GSM dapat menggunakan CWEETA, seperti smartphone seperti Android, iPhone, Blackberry dan Windows Phone. Namun ada beberapa tipe ponsel yang belum mendukung keyboard alfanumerik pada teknologi USSD yang diusung CWEETA, seperti Samsung S3, B7320, Galaxy Note, Galaxy Grand I9082 dan CROSS L3C. Saat ini sedang diupayakan agar tipe ponsel tersebut tetap dapat menikmati layanan CWEETA.

Satu lagi, aplikasi karya anak bangsa hadir di perangkat notebook, PC, dan tablet, bernama www.bukugambar.comyang memiliki server di dalam negeri sehingga akses diharapkan bisa lebih cepat dari aplikasi serupa buatan asing.

Menurut founder bukugambar.com, Heru Sutadi, platform lokal yang dikerjakan anak-anak bangsa negeri sendiri ini diharapkan dapat menjawab kegelisahan serbuan asing pada aplikasi dan konten lokal.

"Semoga bukugambar.com dapat menggantikan peran situs berbagi video, berbagi file maupun berbagi foto buatan asing yang ada selama ini. Melalui platform ini pengguna dapat menyimpan file video hingga 1 jam atau 1 GB," ujarnya.

Heru berharap masyarakat bisa mengganti kebiasaan lamanya menggunakan produk asing untuk membagi foto, video atau pun dokumen dan berpindah ke produk lokal.

Seperti diketahui, saat ini cukup banyak aplikasi asing untuk membagi foto, video, atau pun dokumen seperti Youtube, Instagram, dan Slideshare.

Heru juga mengungkapkan bahwa bukugambar.com memiliki akses lebih cepat karena server ada di Indonesia sehingga bisa menghemat miliaran rupiah dari pembayaran bandwidth internasional.

Bukugambar.com adalah platform aplikasi sharing video, foto, maupun dokumen yang dikumpulkan jadi satu. Heru mengaku platform aplikasi ini belum bekerja di ponsel pintar, hanya di PC, laptop, dan tablet.

"Kita tes pasar dulu, kalau sudah banyak peminat baru kami akan membuat platform untuk ponsel sehingga kemungkinan bisa ditanamkan di BlackBerry Application World atau Apple Application Store," tutur yang mengaku tidak mendapat insentif apa-apa, baik dari epemrintah maupun penyelenggara telekomunikasi dalam mengembangkan aplikasi ini.

Fenomena Telekomunikasi dan Gadget 2013 Lainnya:

Teknologi CDMA Segera Dimatikan

SMS Meredup, Instant Messeger Kian Populer

Operator Merugi, Operator Konsolidasi

Konsol Games Jadi Perangkat All in One

Tablet Mengerus Pasar PC

4G LTE pun Tergelar dalam Ketidakpastian

Keamanan Jaringan Indonesia Buruk

Android Mendominasi, BlackBery Jeblok