MAJALAH ICT – Jakarta. Telkomsel dinilai telah menjadi penghalang bagi pelanggan penyelenggara lainnya untuk berkomunikasi. Hal itu karena Telkomsel telah mendominasi dalam penetapan tarif interkoneksi lokal dalam arus informasi yang terjadi pada jaringannya. Demikian dikatakan Koordinator Petisi 28, Haris Rusly Moti.
Menurut Haris yang peduli akan industri telekomunikasi Indonesia, mengatakan bahwa Telkomsel telah melakukan Bisnis yang meraup untung sebesar-besarnya dan akan mengeksploitasi masyarakat pengguna telepon seluler, termasuk mengeruk untung sebesar-besarnya. "Telkomsel melakukan bisnis yang tidak sehat dengan mengeruk untung sebesar- sebesarnya dengan mengeksploitasi masyarakat penguna telepon seluler," kata Haris.
Dijelaskannya, dalam menyediakan akses layanan interkoneksi lokal bagi pelanggan seluler di Telkomsel yang 35 persen sahamnya dimiliki oleh Singtel dan 65 % oleh Telkom dengan pangsa pasar seluler 40,39 persen sangat dominan melakukan penetapan tariff interkoneksi lokal terhadap arus informasi yang terjadi pada jaringannya.
“Akibat Konspirasi Busuk yang dipimpin oleh Telkomsel yang selalu mengatakan bahwa rencana revisi Tariff interkoneksi lokal yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan ,ini sungguh aneh padahal operator lainnya setuju tarif interkoneksi diturunkan,” tambahnya.
Haris juga melihat, Telkomsel sebagai penentu harga yang paling dominan terhadap tarif interkoneksi yang. Dan katanya, sangat jelas telah melakukan pratek monopoli yang tidak sehat dalam usaha jasa telekomunikasi seluler dan merugikan masyrakat penguna jasa telepon seluler. "Akibatnya, dari pengaturan tariff interkoneksi lokal yang dominan dilakukan oleh Telkomsel menyebabakan tidak Adanya peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan berusaha di bidang seluler," tandasnya.
Dalam pernyataannya, Haris juga melihat adanya kepentingan dari mafia-mafia di Telkomsel yang ingin mengeruk untuk sebanyak- banyaknya tanpa mementingan pelanggan pengguna telepon. “Jelas sudah bahwa ada kepentingan dari mafia-mafia di telkomsel untuk terus mengeruk keuntungan dari masyrakat melalui berbagai proyek pengembangan di Telkomsel, mulai dari penunjukan kontraktor pembangunan BTS yang sarat dengan kolusi dan nepotisme di jajaran direksi Telkomsel , serta projek pengadaan instrumen telekomunikasi yang mendukung interkoneksi lokal yang diduga di-mark up, yang menyebabkan cost base interkoneksi di Telkomsel sangat mahal.