Search
Kamis 19 September 2024
  • :
  • :

Ternyata Frekuensi 2,3 GHz Tidak Populer untuk LTE

MAJALAH ICT – Jakarta. Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana memberikan kemudahan bagi para operator WiMAx yang sudah mendapat alokasi frekuensi di 2,3 GHz untuk dapat lebih dulu mengoperasikan teknologi generasi ke-4 (4G) Long Term Evolution (LTE)  dimulai akhir 2013 ini. Seperti dikatakan Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, M. Budi Setiawan. "Yang sudah di 2,3 GHz bisa duluan adopsi LTE dengan teknologi TD LTE," katanya.

Tentu saja, operator WiMax menyambut baik terhadap rencana pemerintah yang membolehkan operator WiMax di pita frekuensi 2,3 GHz untuk menggelar teknologi Long Term Evolution (LTE) akhir tahun ini. "Selama ini kami hanya terima nasib, bayar BHP frekuensi setiap bulan tapi tak menghasilkan. Ini akan memberi kepastian investasi bagi para pemegang ijin 2.3Ghz,” ujar Sammy Pangerapan, Pemilik PT Jasnita Telekomindo, operator WiMax. Sammy memaparkan masalah WiMax harus dijadikan pelajaran yang pahit yang tidak boleh terulang.

Hanya saja, dari penelusuran Majalah ICT, di dunia saat ini, menurut laporan GSA dimana sudah ada 163 jaringan komersial operator di 67 negara, namun sebagian besar menggunakan frekuensi 1800 MHz, dimana 74 operator di 43 negara sudah mengkomersialkan jaringannya dengan 14,27 pengguna. Posisi kedua adalah frekuensi 2,6 GHz dengan 50 operator.  

Untuk 2,3 GHz, dari negara-negara yang sudah meluncurkan LTE secara komersial dan menggunakan TD LTE di frekuensi ini, hanya Australia dan India yang menggunakannya. Sementara yang menggunakan TDD dan FDD untuk 2,3 GHz, negara lain yang menggunakan adalah Hong Kong, Oman, Arab Saudi dan Sri Langka. Sehingga, bisa dikatakan 2,3 GHz TD LTE tidak begitu favorit.