Search
Senin 10 Februari 2025
  • :
  • :

Tower Bersama Siap Buy Back Saham Jika Indosat Menjualnya

MAJALAH ICT – Jakarta. Rencana Indosat melepas saham kepemilikannya di PT Tower Bersama Infrastructure TBk Tower Bersama) disambut gembira oleh Tower Bersama. Karena Tower Bersama akan mem-buy back saham yang dijual Indosat sebesar 5% atau setara 239,82 juta saham mulai Agustus 2013 setelah lock-up period.

Demikian diungkapkan Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Helmy Yusman Santoso. Helmy mengungkapkan, pembelian saham yang akan dilepas Indosat nantinya harus sesuai dengan harga yang ditetapkan perseroan. "Kami siap saja jika Indosat akan melepas saham," ujar Helmy usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPST) di Jakarta. 

Menurut Helmy, hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menyatakan bahwa pemegang saham telah menyetujui rencana buyback saham perseroan di publik sebanyak-banyak 5% dari jumlah modal yang ditempatkan atau sejumlah 239,8 juta lembar saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rencana buyback saham ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, salah satunya adalah perseroan kelebihan likuiditas.

Manajemen Indosat berencana untuk melepas saham di PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG). Seperti pernah disampaikan Chief Executive Officer (CEO) Indosat Alexander Rusli, Indosat akan melepas kepemilikan sahamnya sebesar lima persen atau setara 239,82 juta saham mulai Agustus 2013 setelah lock-up period atau periode yang melarang terjadinya perubahan kepemilikan saham Indosat di TBIG berakhir. 

Lock-up period ini merupakan konsekuensi setelah Indosat membeli saham baru non hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) di Tower bersama, beberapa waktu lalu.

Terkait kesalahan akuntansi mencatatkan penjualan 2.500 menara kepada Tower Bersama yang diikuti dengan sewa kembali (leaseback), Indosat merevisi laporan keuangan 2010, 2011 serta termasuk 2012. Dalam laporan keuangan (LK) triwulanan yang berakhir 30 September 2012 ISAT mengakui sebagian besar sewa atas slot yang disewa kembali sebagai sewa operasi dan mengakui keuntungan awal dari penjualan sebesar Rp2.187.300 juta dan keuntungan yang ditangguhkan sebesar Rp68.635 juta. 

Dampak dari revisi LK triwulan per 30 September 2012 menyebabkan penurunan jumlah laba langsung yang diakui dari Rp. 2,187 triliun jadi Rp.1,125 triliun. Selain itu terjadi peningkatan laba yang ditangguhkan dari Rp. 68,635 miliar menjadi Rp. 1,410 triliun. Laba yang ditangguhkan ini akan diamortisasi selama 10 tahun berdasarkan periode sewa dalam laporan laba rugi konsolidasi. 

Dengan kondisi ini, maka akibat terhadap kinerja Indosat adalah penurunan laba sebesar Rp1,079 triliun, peningkatan aset Rp. 2,160 triliun dan dan peningkatan kewajiban atau pasiva menjadi Rp.3,315 triliun. Revisi juga berdampak pada LK 2010 dan 2011.

Untuk 2010, laba bersih lebih rendah sebesar Rp.12,363 miliar, sementara nilai aset menjadi Rp. 506,941 miliar dan kewajiban jadi Rp.519,304 miliar. Sedangkan untuk 2011, laba menjadi lebih rendah sebesar Rp. 50,449 miliar, peningkatan aset jadi Rp.68,930 miliar dan peningkatan kewajiban menjadi Rp131,742 miliar. 

Sebagaimana diketahui, PT Indosat Tbk (Indosat) merevisi laporan keuangan 2010, 2011 serta 9 bulan pertama tahun 2012. Menurut manajemen Indosat, penyajian kembali laporan keuangan tersebut terkait dengan pencatatan akuntansi yang tepat untuk penjualan menara dimana pada 7 Februari 2012, Indosat setuju untuk menjual 2.500 menara telekomunikasi dan aset lainnya kepada TBIG dan anak perusahaannya, PT Solusi Menara Indonesia.

Aksi perbaikan laporan keuangan itu telah melewati proses pre clearance kepada US Securities and Exchange Commission (US SEC). Adapun nilai potensial keseluruhan transaksi 541,5 juta dolar AS. Saat penutupan transaksi nilai yang dibayar adalah 429 juta dolar AS  yang terdiri atas tunai sebesar 326 juta dolar AS dan 5 persen kepemilikan saham dalam TBIG dengan nilai wajar sebesar 103 juta dolar AS atau setara Rp977,292 miliar.  

Alasan Indosat  mengajukan revisi penyajian laporan keuangan per September 2012 atas transaksi tersebut adalah kompleksitas dan pertimbangan yang tinggi dalam menentukan pencatatan akuntansi yang tepat.