MAJALAH ICT – Jakarta. Para peneliti dari Universitas Surrey, Inggris telah mencatatkan perkembangan terbaru kecepatan transmisi nirkabel teknologi seluler generasi ke-5 (5G). Adapun kecepatan yang mampu dihasilkan dari penelitian terbaru ini mencapai satu terabit per detik (1Tbps), yang ribuan kali lebih cepat dari 4G.
Terobosan itu dilakukan di universitas Pusat Inovasi 5G Universitas (5GIC), yang didirikan oleh sejumlah mitra industri telekomunikasi termasuk Huawei, Fujitsu, EE, Aircom, BT, Samsung, Telefonica, Vodafone, Aeroflex dan Rohde & Schwarz, serta BBC.
Badan-badan industri seperti Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) dan Asosiasi GSM (GSMA) belum menentukan standar apapun untuk "5G", istilah yang digunakan untuk menggambarkan jaringan mobile generasi berikutnya yang diharapkan memiliki kecepatan sangat cepat.
Ofcom mengatakan 5G mungkin bisa tersedia di Inggris pada tahun 2020 dan percaya 5G ponsel harus mampu memberikan kecepatan antara 10-50Gbps, sementara 4G saat ini hanya menawarkan kecepatan download rata-rata 15 Mbps.
Telekomunikasi penyedia infrastruktur Ericsson telah menyebutkan bahwa 5G akan begitu cepat, yang dapat digunakan untuk live streaming video kamera seperti dari helm petugas pemadam kebakaran, sehingga para ahli di pusat kendali komando dapat memberikan saran real-time ketika menavigasi situasi berbahaya.
"Kami telah mengembangkan 10 lebih terobosan teknologi dan salah satunya berarti kita bisa melebihi 1 Tbps nirkabel. Ini adalah kapasitas yang sama dengan serat optik, tapi kami melakukannya secara nirkabel," kata Profesor Rahim Tafazolli, direktur 5GIC.
Pada bulan Oktober 2014, Samsung mengumumkan rekor dengan mencapai kecepatan nirkabel hingga 7.5Gbps dalam sebuah tes di perusahaan DMC R & D Centre di Samsung Electronics, di Suwon, Korea Selatan. Tapi pada bulan November, rekor itu dipukuli oleh 5GIC, ketika mencapai kecepatan 0,8 terabit (800Gbps) dalam tes tersebut.
Namun, 5GIC telah sangat jelas tentang fakta bahwa mendapatkan kecepatan nirkabel tercepat bukan fokus utama penelitian, melainkan bagaimana infrastruktur jaringan harus dirancang agar mampu bersaing dengan tuntutan dari pengguna.
