Search
Minggu 7 Desember 2025
  • :
  • :

Untung Rugi Jika Slot Orbit Satelit Dikelola BRI

MAJALAH ICT – Jakarta. Kementerian Komunikasi dan Informatika secara resmi telah menarik slot orbit 150,5 BT dari Indosat. Dalam surat Menkominfo bernomor B-297/M.KOMINFO/SP.02.01/03/2014, dinyatakan bahwa hak indosat atas filling slot orbit 150,5 BT tidak diperpanjang. Ini artinya, hak Indosat menggunakan filling tersebut dicabut dan Indosat hanya diberikan waktu hingga usia operasi Palapa C2 pada tanggal 31 Agustus 2015 untuk kekloa slot orbit tersebut.

Tersebut nama BRI yang akan menggantikan slot orbit satelit Indosat. BRI? Ya BRI, Bank Rakyat Indonesia, yang sehari-seharinya menjalankan core bisnis pelanggan. Karena BRI mengeluarkan uang hingga Rp. 500 miliar per tahun untuk sewa satelit, maka BRI memutuskan untuk membeli satelit saja yang berjangka waktu panjang dengan pengeluaran, yang jika dihitung-hitung, bisa menjadi lebih murah.

Kesiapan keuangan BRI untuk membeli satelit yang seharga Rp. 3 triliunan, serta kepemilikan BRI yang mayoritas masih dikuasai sahamnya oleh RI, tentu merupakan keuntungan tersendiri. Kontrol terhadap satelit saat ini memang mutlak perlu di bawah kontrol perusahaan nasional, apalagi dengan ramainya isu soal penyadapan yang disebut-sebut terjadi di satelit dan jaringan serat optik yang tersambung ke Indonesia.

Namun di sisi lain, menurut pengamatan Majalah ICT, persoalan mengelola satelit sendiri tentunya bukan perkara mudah. Sumber daya manusia di BRI perlu belajar banyak mengenai persatelitan, dari proses pemesanan, peluncuran, hingga nantinya pengoperasian satelit ini. Bukan cuma itu, langkah BRI merupakan langkah dari titik nol, dimana mereka juga harus membangun stasiun bumi, yang tentunya juga bukan perkara mudah mencari tempat yang pas dan menyiapkan peralatan untuk pengoperasian satelit.

Yang juga patut dipatau terus-menerus adalah posisi BRI saat ini merupakan perusahaan terbuka. Seperti disampaikan Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Nonot Harsono. Nonot khawatir, saat ini BRI merupakan BUMN yang bersifat terbuka (Tbk). "Pelepasan saham BRI harus distop. Saat ini dari 45% saham yang dilpeas, 80% nya dibeli asing. Jadi BRI sesungguhnya juga bukan lagi Bank Rakyat Indonesia," ingat lelaki yang sudah dua periode menjadi Angota BRTI ini.

"BRI siap secara finansial. Untuk selamatkan slot, maka slot dialihkan ke BRI setelah satelit de-orbit pada Agustus 2015. Saat ini, BRI diminta selesaikan deal business-to-business dengan Indosat," ungkap Nonot. Ditambahkan Nonot yang juga Dosen ITS ini, saat ini BRI tetap berkeras untuk mengambil 30 transponder, namun Indosat hanya minta sedikit. "Menurut perhitungan, kapasitas ini akan berlebih hingga 15 tahun ke depan," katanya. Ini yang dikhawatirkan Nonot jika BRI akan tergoda menyewakan kapasitasnya kepada pihak lain. "Izin ini harusnya dilarang, melainkan cukup izin telekomunikasi khusus (Telsus) untuk dipakai di internal BRI saja," usul Nonot.