MAJALAH ICT – Jakarta. Para ilmuwan dari University of California di San Francisco (UCSF) telah mendapatkan temuan bahwa Google Glass dapat menyebabkan sebagian obstruksi penglihatan perifer pemakai yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari mata dalam kehidupan mereka. Bidang visual perifer merupakan komponen utama dari penglihatan dan sangat penting untuk kegiatan seperti mengemudi, keselamatan berjalan kaki saat bergerak dan olahraga.
Orang-orang yang harus memakai kacamata konvensional mungkin sudah terkurangi penglihatannya dan ada bintik-bintik buta bahkan penuh yang disebabkan oleh bingkai kacamata. Google Glass merupakan perangkan wearable device yang dipakai laksana kacamata namun lensa hanya kecll saja dari ukuran normal, dan posisinya ada di kanan agak dekat dengan bingkai kacamata.
Penelitian diterbitkan 5 November ini oleh Journal of American Medical Association (JAMA), dipimpin oleh Dr Tsontcho Ianchulev, seorang profesor dengan UCSF. Para peneliti melakukan tes bidang visual dengan membandingkan bagaimana tiga orang sehat dengan visi 20/20 terbaik, memandang bidang pandang dasar yang normal dengan mengenakan Google Glass dan sepasang kacamata biasa yang memiliki lebar dan bingkai warna serupa.
Para peserta harus memakai setiap perangkat untuk periode aklimatisasi 60 menit. Setelah peneliti menguji peserta saat memakai perangkat, ketiga peserta ditemukan memiliki scotomas signifikan, seperti bintik-bintik buta saat memakai Google Glass, menciptakan obstruksi bidang visual yang signifikan dalam kuadran kanan atas visi mereka.
Para ilmuwan juga memutuskan untuk menganalisis 132 gambar di web menampilkan orang yang berbeda memakai Google Glass sambil menghadap kamera, untuk menilai mana prisma diposisikan relatif terhadap pupil mata kanan orang tersebut. Analisis menemukan kebanyakan konsumen cenderung memakai perangkat secara tumpang tindih dengan sumbu pupil, yang merupakan garis tegak lurus ke permukaan kornea yang melewati pusat pupil, yang dapat menyebabkan bintik-bintik buta.
Tentu saja, ini bukan studi konklusif karena terbatas hanya sejumlah kecil peserta, sehingga para ilmuwan berharap dapat memperluas studi mereka dengan sampel yang lebih besar untuk mengidentifikasi faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi ukuran scotomas dan kedalaman.