MAJALAH ICT – Jakarta. Pemerintah nampaknya sudah final untuk memberikan alokaski slot orbit satelit 150,5 BT kepada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Pasalnya, BRI dinilai lebih siap secara finansial dibanding ‘saingannya’ dalam memperebutkan slot orbit tersebut, Indosat. Namun, amanah pemerintah ini kepada BRI perlu juga diwaspadai mengingat BRI saat ini merupakan perusahaan terbuka.
Demikian disampaikan Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Nonot Harsono. "BRI siap secara finansial. Untuk selamatkan slot, maka slot dialihkan ke BRI setelah satelit de-orbit pada Agustus 2015. Saat ini, BRI diminta selesaikan deal business-to-business dengan Indosat," ungkap Nonot.
Ditambahkan Nonot yang juga Dosen ITS ini, saat ini BRI tetap berkeras untuk mengambil 30 transponder, namun Indosat hanya minta sedikit. "Menurut perhitungan, kapasitas ini akan berlebih hingga 15 tahun ke depan," katanya. Ini yang dikhawatirkan Nonot jika BRI akan tergoda menyewakan kapasitasnya kepada pihak lain. "Izin ini harusnya dilarang, melainkan cukup izin telekomunikasi khusus (Telsus) untuk dipakai di internal BRI saja," usul Nonot.
Nonot khawatir, saat ini BRI merupakan BUMN yang bersifat terbuka (Tbk). "Pelepasan saham BRI harus distop. Saat ini dari 45% saham yang dilpeas, 80% nya dibeli asing. Jadi BRI sesungguhnya juga bukan lagi Bank Rakyat Indonesia," ingat lelaki yang sudah dua periode menjadi Angota BRTI ini.