Search
Selasa 15 Oktober 2024
  • :
  • :

Wih, Ternyata 25 Juta Orang Indonesia Jadi Korban Kejahatan Cyber

MAJALAH ICT – Jakarta. Norton melaporkan bahwa sebanyak 25 jutaan orang Indonesia telah menjadi korban cybercrime atau kejahatan cyber. Pengguna kartu kredit yang berbelanja online maupun generasi baru yang berasal dari generasi milenial menjadi kalangan yang rentan terhadap aksi cybercrime ini.

Disampaikan Director Asia Consumer Business, Norton by Symantec, Chee Choon Hong, dalam laporan Norton Cybersecurity Insight Report terungkap bahwa dari 250 juta penduduk Indonesia, 25 juta orang dari total penduduk Indonesia menjadi korban kejahatan siber tahun 2015 lalu. Meskipun cukup besar, namun angka ini dinilai kecil dibanding korban kejahatan siber di negara lain, mengingat perkembangan pengguna internet di Indoneisa yang lambat.

"Jumlah ini masih kecil dibanding negara lainnya. Alasannya adalah karena penetrasi internet di Indonesia lebih lambat," kata Chee. Selain itu, ditambahkannya, 55 persen konsumen Indonesia percaya bahwa informasi kartu kredit mereka lebih mungkin dicuri setelah belanja online, dibanding kartu kredit yang dicuri dari dompet mereka.

Dan saat ini, lanjutnya, para penjahat di dunia siber terlihat pantang menyerah. "Mereka menggunakan teknik yang semakin canggih untuk mencuri informasi pribadi konsumen, seperti password, informasi kontak, dan otentifikasi perbankan untuk mengisi pundi-pundi mereka,” jelas Chee.

Adapun celah keamaan cyber yang kerap dipakai adalah akses WiFi publik dimana 6 orang dari 10 responden menyebutkan, mereka percaya penggunaan WiFi publik lebih berisiko daripada menggnakan toilet umum. Sementara kalangan yang kerap terkena adalah generasi milenial yang memiliki kebiasaan online  sangat aktif, dibanding generasi baby boomers, yang sering dianggap kurang melek teknologi.

Meski begitu, Norton melaporkan juga bahwa bahwa adaptasi teknologi oleh orang Indonesia tergolong cepat. "Karena konsumen di Indonesia beradaptasi dengan dunia digital yang cepat berkembang, kami mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi informasi mereka secara online dan tidak pernah merasa puas dengan keamanan,” pungkasnya.