MAJALAH ICT – Jakarta. Telkomsel tidak merasa terancam dengan rencana merger XL Axiata (XL) dengan Pt Axis Telekom Indonesia (AXIS). Demikian dikatakan Direktur Utama Pt telkomsel, Alex J. Sinaga. "Kami terancam? Kecuali XL mengakuisisi Telkomsel, baru itu namanya mengancam," kelakar Alex.
Di satu sisi benar yang disampaikan Alex. Kalaupun XL-AXIS bersatu, maka Telkomsel tetap akan berada di atas puncak klasemen perolehan pendapatan maupun jumlah penggunanya. Dihitung-hitung, saat ini, Telkomsel menguasai sekitar 50 persen pasar telekomunikasi seluler Indonesia. Dan kalaupun XL-AXIS melebur, maka penggabung XL-AXIs hanya akan menambah posisi di pasar hingga 28% saja. Angka yang masih butuh waktu lama untuk menyamai Telkomsel yang diuntungkan secara historis karena menjadi operator seluler kedua Indonesia, setelah Satelindo, yang berdiri sekitar 18 tahun lalu.
Hanya saja, yang dikhawatirkan Telkomsel adalah potensi XL yang akan bisa lebih maju cepat dengan kepemilikan frekuensi yang lebih banyak, jika bergabung nantinya. Inilah yang tidak diduga Telkomsel. Namun, tentunya jalan keluar masih banyak. Posisi PT Hutchison 3 Indonesia (3) masih bisa ‘digoyang’ untuk dijadikan partner. Namun karena 35% saham Telkomsel dimiliki Singapura, tentu urusan beli-membeli atau konsolidasi dengan operator lain juga tidak bisa dikatakan mudah. Apalagi, sebagai penghasil uang utama PT Telkom, setoran ke negara Indonesia dan Singapura menjadi faktor Telkomsel kurang bisa bergerak leluasa.