Search
Sabtu 27 Juli 2024
  • :
  • :

Kontroversi Balon Internet Google (Bagian-4)

MAJALAH ICT – Jakarta. Kerja sama tiga oeprator telekomunikasi Indonesia dengan Google, meski sudah ditandatanganinya memorandum of understanding (MoU) tetap menyisakan kontroversi. Apalagi, dalam foto-foto yang tersebar ke media, nampak ada operator yang tidak gembira dengan kondisi ini. Benarkah tekanan agar operator menandatangi perjanjian di Silicon Valley?

Isu kerja sama penggunaan balon Google bukan isu lama, namun baru saja bergulir satu atau dua minggu sebelum rencana keberangakatan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat. Saat itu, sempat mengemuka agenda Jokowi yang salah satunya akan ke Silicon Valley. Dan yang cukup krusial adalah bertemu dengan petinggi Google untuk kerja sama, yang salah satunya adalah penggunaan balon internet Google. 

Isu balon internet Google yang masuk dalam Project Loon, saat itu, mendapat tanggapan beragam dari operator. Ada yang ingin bekerja sama, namun ada juga yang menolak. Seperti XL Axiata. Operator anak usaha Telecom Malaysia ini melihat bahwa balon internet Google sebagai sebuah kesempatan. karena itu, seperti disampaikan Presiden Direktur XL, dian Siswarini, pihaknya berkeinginan bekerja sama dan memanfaatkan balon internet Google.

Namun, seminggu sebelum berangkat ke Silicon Valley, penolakan atas balon internet Google itu secara tegas disampaikan oleh Telkom. Perusahaan BUMN telekomunikasi ini berpendapat penerapan balon internet akan merugikan industri telekomunikasi di Tanah Air secara keseluruhan, bukan hanya mengganggu Telkom.  

Seperti disampaikan Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom, Indra Utoyo, balon internet Google jelas mengganggu. "Teknologi mereka mem-by pass kita," ujarnya. Penolakan Telkom itu juga dilandasi oleh fakta para operator telekomunikasi RI yang sudah telanjur menganggarkan investasi triliunan rupiah untuk membangun jaringan di seluruh Indonesia. Sebagaimana diektahui, Telkom saat ini tengah membangun kabel fiber optik Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) mencapai 76.700 kilometer dimana Telkom harus mengalokasikan investasi sebesar Rp.3,6 triliun.

Lalu mengapa tiba-tiba Telkom setuju dan mengirim Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah untuk ikut menandatangi perjanjian uji teknis? Kabar yang beredar menyebutkan bahwa sesungguhnya, penandatanganan perjanjian tidak masuk dalam agenda. Bahkan, operator telekomunikasi tidak ada juga yang mendapat informasi pasti bentuk kerja sama akan seperti. Namun, MoU pun ditandatangani. Dan Telkomsel ikut menandatangani setelah sebelumnya disebutkan tidak bersedia, juga atas desakan orang kuat di negeri ini melalui apa yang disebut dengan operasi senyap. 

Meski tidak ada yang dengan pasti dapat menceritakan apa yang terjadi di belakang layar penandatangan MoU ini, namun beberapa pengembang menara telekomunikasi melihat bahwa keberadaan balon Google akan mengubah bisnis telekomunikasi secara dramatis. “Sekarang pengguna hanya butuh WiFi. Kalau sudah dapat WiFi, jaringan operator bisa jadi tidak dibutuhkan,” kata sumber Majalah ICT yang bekerja di perusahaan penyedia menara telekomunikasi. Menurutnya, selain akan mengubah bisnis penyedia tower, bisnis oeprator juga akan berubah karena jaringan mereka sudah tidak dibutuhkan juga ke depannya.

Tulisan ini dan informasi menarik lainnya tentang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi Indonesia dapat dibaca di Majalah ICT No.39-2015 di sini