Search
Senin 20 Mei 2024
  • :
  • :

Laba Tower Bersama Turun 39,27 Persen

MAJALAH ICT – Jakarta. Selain nasib akuisisi Mitratel yang menjadi tidak pasti, nasib kurnag mujur juga sedang hinggap di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Berdasar laporan keuangan  perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih Tower Bersama di kuartal I turun 39,27 persen. Ini artinya, jika di tahun sebelum Tower Bersama meraih pendapatan Rp. 526,65 miliar, di 2015 ini Tower Bersama hanya bisa meraup untuk sebesar Rp.319,80 miliar.

Namun demikian, meski laba turun Tower Bersama berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp.827,33 miliar di kuartal I-2015 ini atau naik bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp.781,23 miliar. Dari perolehan laba tersebut, Tower Bersama Infrastructure berhasil membukukan posisi aset menjadi Rp.22,63 triliun di kuartal I-2015, atau naik tipis bila dibandingkan dengan posisi aset sebesar Rp.22,03 triliun di kuartal I-2014.

Untuk beban pokok pendapatan tercatat menjadi Rp.104,21 miliar atau berhasil ditekan dari posisi beban pokok pendapatan di periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.120,59 miliar.

Tower Bersama Infrastructure didirikan pada 8 November 2004. Pemegang saham dari Tower Bersama Infrastructure antara lain PT Wahana Anugerah Sejahtera (pengendali) sebanyak 30,25 persen, PT Provident Capital Indonesia (pengendali) sebanyak 25,25 persen, dan JPMCC SPO Partners II LP sebanyak 5,69 persen. Saham PT Wahana Anugerah Sejahtera dimiliki 99,84 persen oleh Saratoga Investama Sedaya Tbk.

Sementara itu, meskipun pihak DPR RI menolak secara keras penjualan saham ataupun yang diakui sebagai swap share, PT Telekomunikasi Indonesia terus menjalankan proses penjualan PT Daya Mita Telekomunikasi (Mitratel) yang merupakan anak usaha dari Telkom, kepada PT Tower bersama.  Hal itu karena Telkom mengakui tidak mengetahui sama sekali penolakan yang disampaikan DPR.

"Perseroan belum mendapat informasi resmi, khususnya dari Kementerian BUMN selaku wakil kuasa pemegang saham perseroan," demikian dikatakan VP Investor Relation Andi Setiawan, dalam keterbukaan informasi.

Dijelaskannya, proses transaksi share-swap tersebut masih berlangsung hingga kini. Kedua belah pihak masih dalam tahap pemenuhan syarat dan ketentuan terkait transaksi. Aksi itu menacu pada dokumen yang ditandatangani Oktober 2014 lalu dan masih akan berlaku sampai Juni mendatang. 

Dengan tukar guling ini, akan memiliki 13,7% saham. Kemudian, akan menguasai 100% Mitratel. Secara keseluruhan, aksi tukar guling ini bernilai Rp.11,06 triliun. Transaksi ini dilakukan dalam dua tahap dimana pertama Telkom akan akan menukar 49% Mitratel dengan penerbitan 290 juta saham atau setara 5,7% saham Tower bersama, dan Telkom akan mendapat pembayaran kas maksimum Rp.1,74 triliun jika Mitratel mampu mencapai target yang telah disepakati.

Kemudian Kedua, Telkom memiliki opsi untuk bertukar saham lagi dalam waktu 2 tahun mendatang, Tower Bersama juga bisa mengambil sisa 51% saham Mitratel, dan Telkom akan menambah lagi 472,5 juta saham atau 8% kepemilikan di Tower Bersama.

Sebagaimana diketahui, DPR  memutuskan bahwa rencana penjualan Mitratel ke PT Tower Bersama harus dibatalkan. Keputusan tersebut juga disepakati pemerintah. Demikian kesimpulan rapat kerja antara Komisi VI DPR dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno, di Gedung Parlemen, Jakarta. Ditegaskan oleh Pimpinan Rapat yang juga Wakil Ketua Komisi VI, Azam Azman Natawijata, DPR juga meminta kepada Kementerian BUMN untuk melakukan moratorium pembentukan anak usaha baru yang tidak berhubungan bisnis induk perusahaan.

"Komisi VI menegaskan kembali menolak penjualan saham Mitratel. Untuk itu meminta kepada Menteri BUMN selaku kuasa pemegang saham mayoritas bahwa tidak akan ada penjualan saham Mitratel," tandasnya.